Shinta menyiapkan mangkuk kecil berisi air rebusan rempah. Uap hangat naik perlahan, memenuhi bilik dengan aroma kunyit dan daun sirih. Dengan tangan bergetar halus, ia meminta Alesha melepaskan jubah luar dan melonggarkan balutan di tubuhnya.Ketika lilitan kain itu dibuka perlahan, Shinta menahan napas.“Ya Sang Hyang…,” gumamnya, terkejut sekaligus lega.Luka sabetan pedang di punggung atas Alesha terlihat jelas, tapi tidak terlalu dalam. Hanya bagian kulit dan sedikit otot yang robek, sementara darahnya sudah berhenti menetes. Shinta menyapu luka itu dengan kain bersih, lalu bergumam lagi.“Syukur pada dewa… balutan kainmu ini, nak, justru menahan pedang itu agar tak masuk lebih dalam.”Alesha terdiam, matanya sedikit berkaca.“Jadi… penyamaran ini masih ada gunanya rupanya,” bisiknya lirih, hampir pada dirinya sendiri.Shinta menoleh padanya dengan tatapan iba, tapi juga bangga. “Kau mungkin membencinya, tapi lihatlah—balutan ini menyelamatkanmu. Seolah semesta masih menjaga lang
Last Updated : 2025-10-06 Read more