Cahaya pagi menyusup lewat celah jendela besar di rumah Damar. Udara masih sejuk, aroma kopi baru diseduh samar tercium dari dapur. Di ruang tengah, langkah kaki Farel terdengar pelan. Bajunya masih kusut, matanya sedikit merah, tapi ekspresinya berusaha setenang mungkin.Pintu besar rumah baru saja menutup di belakangnya ketika suara seseorang membuatnya berhenti.“Baru pulang, hm?”Suara itu tenang tapi tajam. Farel mendongak, di ujung tangga, Alvaro berdiri. Pria itu hanya mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku. Tatapannya menusuk, namun tidak ada kemarahan di sana, hanya dingin yang terlalu tahu segalanya.Sesaat, udara di antara mereka seperti membeku.Farel menelan ludah, mencoba berbicara, tapi sebelum sempat menjawab, Alvaro melangkah turun dengan santai. Di tangan kirinya, secangkir kopi hitam mengepul. Ia berhenti tepat di depan Farel, menatap adik sepupunya itu dari dekat.Tepukan ringan mendarat di bahu Farel.“Sudahlah,” ujar Alvaro pelan, “Sarapan su
Last Updated : 2025-10-14 Read more