Sunyi menyelimuti kamar besar itu. Hanya terdengar suara napas teratur Guntur yang akhirnya terlelap setelah sekian lama gelisah. Lampu tidur menyala redup, menciptakan bayangan samar di dinding.Alvaro masih duduk di tepi ranjang, menatap wajah renta kakeknya yang kini lebih damai. Jemarinya masih menggenggam tangan keriput itu, enggan melepaskan. Ada kelegaan sekaligus kegelisahan yang bercampur jadi satu di dadanya.Namun, ia tahu, ia tidak bisa berlama-lama di sana.Dengan perlahan, Alvaro melepaskan genggaman itu, lalu berdiri. Langkahnya mantap menuju pintu, dan ketika ia membukanya, terlihat jelas semua orang sudah menunggu di luar. Damar, Ratna, Maya, Adrian, Reina, semuanya berdiri dalam diam, dengan ekspresi berbeda-beda.Tanpa berkata apa pun, Alvaro keluar. Gerakannya tegas, dingin. Ia berjalan lurus, tidak menoleh sedikit pun.Namun sebelum ia benar-benar meninggalkan koridor, Damar melangkah cepat dan meraih lengannya.“Alvaro… tolong tetaplah tinggal,” suara Damar serak
Last Updated : 2025-10-02 Read more