All Chapters of Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi: Chapter 321 - Chapter 330

"Tuan Wayne, saya khawatir keadaan tidak berjalan baik." Dalam perjalanan menuju hotel, Geis Kane yang duduk di samping Ryan Wayne akhirnya berbicara dengan susah payah. Wajah tua itu penuh kekhawatiran, keningnya berkerut dalam. "Kenapa?" Ryan Wayne bertanya dengan santai sambil memainkan ponselnya, jemarinya mengetik pesan kepada Eleanor Bennett melalui aplikasi chat. Senyum tipis muncul di wajahnya saat membaca balasan istrinya. Geis Kane melirik layar ponsel Ryan sekilas, lalu mengalihkan pandangan dengan cepat. Dia berkata dengan ekspresi serius, "Tim Horton itu bukan orang baik, Tuan Wayne." "Seperti kata pepatah, pohon yang berbuah lebat sering dilempari batu. Saya khawatir dia telah mengincar ramuan-ramuan Anda yang luar biasa itu!" "Lalu kenapa?" Ryan Wayne tampak santai dan tenang sambil memandang ke luar jendela. Ekspresinya begitu rileks, seolah-olah dia sedang membicarakan cuaca, bukan ancaman dari seorang Grandmaster yang berkuasa. "Maksud saya..." Geis Kane memp

Keesokan harinya, matahari pagi bersinar cerah di langit biru yang jernih. Ryan Wayne, Lily Stone, dan Geis Kane berkendara menuju Assembly Peak, tempat konferensi pertukaran obat-obatan berskala besar yang sangat eksklusif akan diselenggarakan. Pegunungan hijau yang terjal membentang tak berujung, diselimuti awan putih dan kabut tipis yang memberikan kesan mistis dan megah. Di antara pegunungan Parnassus yang terkenal legendaris, Gunung Assembly Peak menembus langit bagai anak panah tajam yang ditancapkan oleh dewa. Terdapat sebuah panggung luas di puncak gunung, dikelilingi pagar kayu yang kokoh dan elegan. Di sinilah tempat pertemuan pertukaran obat spesial itu akan berlangsung. Di jalan pegunungan yang panjang dan berkelok-kelok, keamanan sangat ketat. Ada pos penjaga setiap lima langkah dan penjaga bersenjata setiap sepuluh langkah, dan atmosfernya terasa sangat serius dan mencekam. "Pemandangan yang indah sekali!" Ryan Wayne meletakkan tangannya di belakang punggungnya

"Ryan Wayne, ini pertemuan komunitas seni bela diri!" Bram Coux yang masih berlutut tiba-tiba berteriak dengan nada meremehkan, wajahnya yang bengkak menatap Ryan dengan penuh kebencian. "Kamu tidak memenuhi syarat untuk hadir! Keluar dari sini sebelum terlambat!" Dia berdiri dengan susah payah, tubuhnya masih gemetar namun amarahnya membara. "Apa yang ingin kau lakukan? Apa kau mencoba memaksa masuk? Huh, dasar bodoh, dasar tak berguna!" Bram Coux menunjuk Ryan Wayne dengan jari yang gemetar, suaranya meninggi penuh emosi. "Pikirkan baik-baik! Ini wilayah Sekte Divine Harvest. Kalau aku berkata agar kau mati, maka kau akan benar-benar mati!" "Huh, Sekte Divine Harvest?" Ryan Wayne mencibir dengan ekspresi yang sangat meremehkan. "Apa kau bodoh? Justru aku datang ke acara ini untuk mempermalukan kalian!" Matanya menyipit berbahaya, auranya berubah menjadi sangat dingin. "Membuatku mati? Sombong sekali! Bahkan jika Ketua Sektemu keluar, dia tidak akan berani berbicara seperti itu ke

Di panggung tinggi yang luas, lingkaran kursi batu besar ditempatkan dengan rapi. Sebuah meja bundar besar berdiri megah di tengah panggung sebagai pusat perhatian, dan lebih dari dua puluh ahli bela diri tingkat tinggi telah berkumpul di sana. Berbeda dari pertemuan tadi malam, tidak ada orang biasa sama sekali di tempat ini. Semuanya adalah ahli bela diri dari keluarga dan sekte besar yang sangat berpengaruh. Aura mereka begitu kuat hingga udara terasa berat dan mencekam. Bahkan napas mereka seperti mengandung energi spiritual yang pekat. "Kenapa hanya ada sedikit orang di pesta ini?" Geis Kane mendekatkan wajahnya ke telinga Ryan Wayne dan bertanya dengan ekspresi aneh, suaranya berbisik pelan. "Untuk apa repot-repot dengan begitu banyak orang lemah..." Ryan Wayne mendengus dingin, dengan kilatan penghinaan yang jelas di matanya. Nada suaranya penuh dengan kesombongan yang tidak disembunyikan. "Haha, Tuan Wayne akhirnya datang!" Melihat Ryan Wayne tiba, Tim Horton yang dudu

Meski Lerina Wayne terlihat cukup mengesankan dengan sikap tegasnya, tangan yang sedikit gemetar di sampingnya masih memperlihatkan rasa takut dan kegugupan yang mendalam di hatinya saat itu. Melihat pemandangan ini, Ryan Wayne tidak dapat menahan senyum tipis yang muncul di bibirnya. Hatinya tersentuh oleh keberanian sepupunya. 'Sepupuku memang orangnya tajam lidahnya dan suka menyindirku,' pikirnya dengan hangat. 'Tapi ternyata dia lembut hatinya, dan punya rasa tanggung jawab yang sangat kuat.' 'Aku tidak menyangka bahwa dalam menghadapi situasi pembunuhan yang mengerikan seperti ini, dia akan memiliki keberanian untuk berdiri di hadapanku dan melindungiku.' "Keluarga Wayne dari Leaflet?" Kain Trent berdiri dengan angkuh dan berkata dengan nada yang sangat meremehkan, mulutnya mencibir dengan jelas. "Mereka hanyalah keluarga sekuler kelas tiga yang tidak ada apa-apanya. Aku bisa menghancurkan mereka hanya dengan lambaian tanganku saja!" Dia melangkah maju dengan penuh kepercaya