Lahat ng Kabanata ng Balas Dendam Tuan Muda Sampah: Menjadi Dokter Ilahi: Kabanata 41 - Kabanata 50

Ryan Wayne menyerbu bagaikan badai tanpa berkata sepatah kata pun. Dia bergegas mendekat dan menendang selangkangan Bruno Lester dengan kekuatan penuh seperti sedang menendang bola sepak. "AAAHHH!" Teriakan melengking yang memekakkan telinga menggema di seluruh ruangan. Tendangan Ryan Wayne dipenuhi dengan amarah yang membara, dan kekuatannya sangat mengerikan. Apalagi serangan itu ditujukan pada bagian tubuh pria yang paling rentan dan vital. Alat kelamin Bruno Lester langsung hancur berkeping-keping, darah menyembur deras, dan jeritan bagaikan babi yang sedang disembelih keluar tak terkendali dari tenggorokannya. Tubuh gemuknya terpental seperti bola karet yang dipukul. Ryan Wayne belum selesai. Tanpa ragu dia berbalik dan melakukan tendangan berputar yang sempurna, mengenai perut bagian bawah Bruno Lester dengan presisi yang mematikan. WUSH! Tubuh Bruno Lester yang beratnya setidaknya 120 kilogram terlempar melintasi ruangan dan menghantam meja kaca besar dengan keras.

"Besok hari Sabtu, Anda seharusnya tidak perlu bekerja kan? Kakek ingin mengundang Anda untuk berkunjung dan menginap di rumah kami selama beberapa hari," kata Lily Stone dengan suara lembut dan penuh harap. "Maaf, aku tidak punya waktu," Ryan Wayne menggelengkan kepala tanpa ragu-ragu. Dia lebih ingin menghabiskan waktu berkualitas bersama Eleanor Bennett dan tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan Tetua Stone atau siapa pun. 'Jika aku menginginkan kekuasaan, dengan kemampuan yang kumiliki sekarang, aku bisa mencapai puncak dalam waktu setahun. Jika aku menginginkan kekayaan, seberapa sulitkah membangun kerajaan bisnis yang makmur dalam waktu setahun?' 'Jangan berkelahi, jangan merampas, jangan iri, jangan terikat pada hal-hal duniawi...' 'Aku pernah mengalami semuanya dalam periode seratus ribu tahun di alam kultivasi, menyaksikan naik turunnya peradaban, merasakan kemewahan dan kesepian yang mendalam. Dalam hidup ketiga ini, aku hanya ingin bersama istri tercinta.' "Ryan Wa

Ryan Wayne tiba-tiba merasa cemas. Dia mendorong pintu hingga terbuka dan melihat Eleanor Bennett terbaring di tempat tidur dengan wajah memerah dan alis berkerut kesakitan. Ryan Wayne bahkan tidak perlu memeriksa denyut nadi Eleanor. Dia mengaktifkan kemampuan Heaven Eyes-nya dan memindai seluruh tubuh Eleanor dengan penglihatan spiritualnya. Dia menemukan bahwa Eleanor sedang flu berat dan demam tinggi. 'Mungkin karena kemarin malam dia ketakutan, khawatir, dan gelisah, ditambah tubuhnya yang sudah lemah, jadi dia jatuh sakit.' Lebih dari itu, Ryan Wayne juga menemukan bahwa Eleanor Bennett terlalu keras bekerja, mengalami stres berkepanjangan, dan memiliki banyak racun dalam tubuhnya yang membuatnya berada dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk. "Sepertinya aku harus segera membuat pil obat dan memberikannya kepada Eleanor untuk menyembuhkannya," gumam Ryan dengan tekad yang kuat. Pertama, dia mencari kotak obat flu penurun panas untuk diminum Eleanor, lalu membantunya

Di alam kultivasi, alkemis adalah profesi yang paling dihormati. Ada pepatah terkenal: "Mudah menemukan kultivator, tetapi sulit menemukan alkemis sejati." Para alkemis dengan keterampilan luar biasa adalah harta karun yang diperebutkan oleh berbagai keluarga besar, sekte, dan kerajaan. Energi spiritual mulai mengepul seperti kabut tipis, aroma obat memenuhi udara dapur, dan cairan spiritual berbagai warna secara bertahap muncul di dalam panci besi. Namun, tepat saat cairan ramuan itu hendak dinetralkan dan dipadatkan menjadi pil, tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Asap tebal mengepul, panci besi retak, dan cairan spiritual beterbangan ke segala arah. Ryan Wayne berlumuran jelaga di wajahnya, penampilannya sangat menyedihkan. "Sial, lima ratus ribu DGP terbuang sia-sia!" Ryan Wayne merasakan sakit yang luar biasa di hatinya. Meskipun sudah sangat berhati-hati, percobaan pertama tetap gagal. "Ryan Wayne, kamu tidak apa-apa?" Terdengar langkah kaki tergesa-gesa di luar pintu

Keesokan paginya, Ryan Wayne menggunakan ponsel Eleanor Bennett untuk menelepon Lily Stone. 'Tetua Stone sudah berkali-kali menunjukkan keinginannya untuk bertemu. Akan sangat tidak sopan jika aku terus menghindar tanpa alasan yang jelas,' pikirnya sambil menekan nomor Lily Stone. "Aku bisa bertemu Tetua Stone hari ini!" ujar Ryan begitu sambungan teleponnya tersambung. "Baiklah, aku akan segera datang menjemputmu!" Suara Lily terdengar bersemangat di ujung telepon. Tanpa basa-basi, gadis itu langsung bergegas menuju Villa Langit. ** Mobil mewah berhenti dengan halus di depan Villa Stone yang megah. Ryan Wayne turun perlahan, matanya menyapu kompleks yang menawan itu dari ujung ke ujung. Sebuah decakan kecil lolos dari bibirnya. "Tetua Stone benar-benar tahu cara menikmati hidup!" Lily Stone yang berjalan di sampingnya tampak sedikit gelisah. Tangannya meremas tas kecilnya sebelum berkata dengan nada agak canggung, "Tuan Wayne, jangan salah paham. Ini... ini bukan properti kakek