Terutama sejak lewat jam tiga sore, tatapan Leo berulang kali melirik ke arah ponsel di meja, seakan-akan sedang menunggu telepon atau pesan dari seseorang.Namun, ponselnya diam seharian penuh. Hingga akhirnya sekitar pukul empat, bunyi dering terdengar.Leo segera menurunkan berkas dari tangannya, lalu meraih ponsel. Namun saat melihat nama yang terpampang di layar, matanya redup sejenak, seperti ada sedikit kekecewaan. Tapi, ekspresi itu sangat tipis seolah hanya ilusi belaka.“Yuki, ada apa?”“Leo, apakah kamu sedang sibuk?”Leo lanjut membuka berkas di hadapannya. “Lumayan. Kenapa?”Mendengar itu, Yuki menghela napas kecewa. “Leo, kamu tidak senang menerima telepon dariku?”Gerakan jari Leo sempat terhenti. Nadanya melunak. “Bukan begitu. Aku hanya terbiasa membicarakan hal penting saja.”Yuki terdiam sejenak. Dia tahu Leo memikul tanggung jawab besar dalam mengurus perusahaan raksasa. Mana sempat dia membuang waktu hanya untuk obrolan kosong?“Leo, apakah kamu punya waktu luang m
Baca selengkapnya