All Chapters of Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin: Chapter 261 - Chapter 270

Melihat Bradford datang, wajah Yolanda langsung menggelap, lalu mendengus dingin."Aku kebetulan lewat. Kamu nggak apa-apa?" Bradford menatap Ellie, lalu berbicara dengan suara datar."Aku nggak apa-apa." Ellie menggeleng, lalu menunjuk Tushar sambil penuh jijik, "Orang ini otaknya bermasalah. Aku sudah nolak dia berkali-kali, masih saja ngejar. Bahkan barusan mau maksa cium aku. Jijik banget!"Baru saja Ellie selesai bicara, Yolanda buru-buru menopang Tushar dan berbalik menuding Ellie sambil membentak, "Yang otaknya bermasalah itu kamu! Tushar itu luar biasa! Cewek yang suka dia di Universitas Hardara bisa mengantre dari gerbang selatan sampai gerbang utara! Cowok sebaik itu ngejar kamu, tapi kamu malah nolak terus! Kamu pikir kamu siapa sih!?""Yolanda, kamu gila ya? Kamu bela dia lalu hina aku?!" Ellie menatap sepupunya dengan tak percaya. Dia tidak pernah membayangkan sepupunya sendiri akan memihak orang luar untuk menyerangnya.Bradford hanya menatap Yolanda dengan dingin. Baginy

Wanita itu masih terkejut, menatap Bradford lalu melihat ke arah sarang burung di atas. Wajahnya penuh ketidakpercayaan. "Kamu barusan ... kenapa bisa ...."Pria tua itu akhirnya pulih dari keterkejutannya. Dia menatap Bradford dari atas sampai bawah, lalu terbelalak sambil berseru, "Anak muda, kamu bisa teknik meringankan tubuh?"Bradford hanya tersenyum tipis. "Kurang lebih begitu."Wanita itu segera mengerti. "Teknik meringankan tubuh? Kamu hebat sekali ....""Ah, bukan hal besar. Yang penting kamu selamat. Aku pergi dulu." Bradford mengangkat tangan dengan sopan, tidak berniat tinggal lama. Dia mengangguk kecil pada keduanya dan hendak berbalik pergi."Tunggu sebentar." Pria tua itu menghentikannya. "Kamu dosen atau mahasiswa? Kenapa sepertinya aku belum pernah melihatmu?""Aku bukan mahasiswa dan bukan juga dosen. Wajar kalau Anda tidak kenal." Bradford menggeleng pelan."Orang luar kampus?" Pria tua itu tampak makin penasaran. "Lalu, untuk apa kamu ke kampus kami?""Ya ampun, Kak

"Kamu ...!"Mata Tushar memerah karena marah, tetapi dia tidak berani mengumpat di depan Camile. Dia malah menoleh ke Bradford dan mengancam dengan suara getir, "Bradford, orang itu harus menyisakan jalan keluar untuk dirinya sendiri. Kamu sudah menghancurkanku begini ... apa kamu nggak takut aku balas dendam padamu nanti?"Melihat wajah Tushar yang masih tampak kekanak-kanakan tetapi berani melontarkan ancaman seperti itu, Bradford hanya merasa geli. "Kamu? Nggak pantas.""Oke! Kamu tunggu saja!" Tushar menunjuk Bradford dengan penuh amarah sebelum melemparkan lembar nilai ke lantai dan pergi dengan langkah penuh kebencian.Camile memelototi punggung Tushar yang menjauh. Dia memungut lembar nilai itu, lalu berkata kepada Ellie, "Ellie, nilai sidangmu barusan nggak berlaku. Kami akan memberikan penilaian ulang.""Terima kasih, Bu Camile!" Ellie buru-buru mengucapkan terima kasih. Kemudian, dia menoleh ke Bradford dengan tersenyum bahagia."Kakak Ipar, sebenarnya apa yang terjadi? Kenap

Bradford menjentikkan jarinya. Seberkas cahaya putih langsung menembus masuk ke tubuh Tushar.Tushar seketika merasakan sakit dan gatal yang tak tertahankan menjalar ke seluruh tubuhnya, seolah-olah ada ribuan semut merayap dan menggigiti setiap inci kulitnya. Sensasi itu membuatnya hampir gila.Dia terus mengerang kesakitan sambil menggunakan kedua tangannya mencakar kulitnya sendiri. Dalam hitungan detik, kulitnya sudah tercakar sampai hancur dan terluka."Bradford, kamu sebenarnya melakukan apa? Kamu melakukan apa padaku? Aku ... aku sangat kesakitan!"Melihat Bradford yang hanya berdiri dengan senyuman dingin, Tushar akhirnya sadar bahwa semua ini adalah perbuatan Bradford. Dia bertanya dengan suara menyedihkan.Bradford berkata dengan dingin, "Mulai sekarang, setiap kali cuaca mendung, hujan, atau lembap, tubuhmu akan terasa seperti sekarang. Sakit dan gatal sampai kamu ingin menguliti diri sendiri hingga berdarah-darah.""Ini hanya hukuman kecil, setidaknya nggak akan membunuhmu.

Ahli forensik itu mengeluarkan alat pemeriksaan yang selalu dia bawa. Di depan semua orang, dia mengambil sejumlah lendir dari mulut, tenggorokan, dan lambung jenazah, lalu menguji masing-masing dengan tiga strip kertas uji."Strip seperti ini memang khusus digunakan para forensik untuk menguji keracunan makanan. Setelah lendir diteteskan, kalau dalam tiga menit muncul dua garis, itu positif, berarti ada racun. Satu garis itu negatif, berarti nggak ada racun."Ahli forensik meneteskan lendir dari tiga bagian berbeda itu ke tiga kertas uji berbeda, lalu berkata kepada semua orang, "Selain itu, berdasarkan bagian mana yang mengandung racun, kita bisa menyimpulkan apakah jenazah memang mati karena keracunan atau sudah mati dulu baru diracuni untuk memalsukan penyebab kematian.""Contohnya, kalau lendir mulut mengandung racun, lendir tenggorokan mengandung racun, tapi di dalam lambung nggak ada racun, besar kemungkinan racun itu diberikan setelah kematian. Itu berarti penyebab kematian jen