All Chapters of Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin: Chapter 251 - Chapter 260

Kaki Mikko tampak indah dan mulus, terutama kelima jari kakinya yang terlihat ramping dan menawan.Bradford menempelkan satu telapak tangannya dengan telapak kaki Mikko dan membungkus punggung kakinya. Sementara tangannya yang lain, memegang perlahan pergelangan kaki Mikko.Mikko memiliki kaki yang mudah berkeringat dan Bradford bisa merasakan sedikit lembap pada telapak kakinya. Kaki berkeringat bukan penyakit, berbeda dengan kaki berjamur. Kebanyakan orang sebenarnya punya kaki yang mudah berkeringat, hanya saja tingkatannya berbeda-beda.Selain itu, Mikko karena sebelumnya memiliki masalah jantung dan jarang berolahraga. Tubuhnya relatif lemah, itu juga salah satu penyebab kakinya mudah berkeringat.Sebagai dokter pengobatan tradisional, Bradford tentu paham hal itu. Jadi, dia sama sekali tidak mempermasalahkannya.Bahkan, Bradford sebenarnya punya sedikit kebiasaan kecil. Dia suka memainkan kaki perempuan. Terutama kaki yang mungil, putih, dan indah, dia benar-benar tidak bisa mena

"Bradford? Untuk apa kamu datang ke sini?"Melihat Bradford, William refleks mengerut. Perasaan takut langsung muncul dalam hatinya.Bradford tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia berjalan ke hadapan William dan sepasang matanya tiba-tiba memancarkan cahaya merah yang aneh. Detik berikutnya, tatapan William berubah kosong, seluruh dirinya tampak seperti orang yang sedang dipaksa masuk ke dalam hipnosis."Kutanya kamu, kemarin kamu ada kasih Yansen ...," tanya Bradford dengan suara dingin.William langsung menjawab apa adanya, tanpa menyembunyikan sedikit pun, "Ada. Kemarin aku mengirim pesan singkat pada Yansen, lalu di telepon aku memberinya saran, mengarahkan dia memanfaatkan Elaine untuk membalas dendam padamu ...."Mendengar hal itu, mata Bradford memancarkan cahaya dingin yang tajam. Setelah beberapa detik, dia memerintahkan, "Telepon Maulana. Suruh dia kembali. Bilang padanya, pembunuh sebenarnya yang menyebabkan kematian Yansen ada di sini."William segera mengeluarkan ponselny

"Aku juga baru saja menerima kabar tentang kematian Yansen."Wagito menghela napas. "Bagaimanapun juga, anak itu pernah menjadi cucu menantuku. Mendengar dia mengalami musibah, mana mungkin aku bisa duduk diam?""Terima kasih atas perhatian Pak Wagito." Maulana mengangguk.Wagito lalu bertanya, "Aku dengar, pelaku yang membunuh Yansen sebenarnya bukan orang yang menyerahkan diri tadi pagi?"Maulana menatap Wagito, menjawab dengan suara dingin, "Benar. Orang itu sekarang ada di kantor sekretarisku. Aku hendak membawa polisi ke sana untuk menangkapnya."Wagito dan Maulana saling menatap. Setelah berpikir sejenak, Wagito memegang lengan Maulana dan menariknya sedikit ke samping, lalu berkata pelan, "Maulana ... kamu juga dulunya di bawah bimbinganku. Sekarang aku ingin memohon satu hal. Aku ingin bicara sedikit demi seseorang itu, apa kamu masih mau menghormatiku sedikit?"Maulana menatap Wagito dengan ekspresi tak percaya. Tinju di tangannya mengepal, wajahnya muncul senyum marah yang ge

Mereka memesan sebuah ruang VIP dan duduk. Setelah semua hidangan disajikan dan pintu ditutup, barulah Wagito bertanya, "Bradford, sebenarnya apa yang terjadi tadi?"Morris juga tersenyum getir. "Benar, apa yang terjadi sebenarnya? Kalau saja Mikko nggak kasih tahu sebelumnya bahwa memang kamu yang bunuh Yansen, aku pasti sudah percaya omongan William barusan."Kejadian hari itu penuh dengan pembalikan yang di luar nalar. Mereka semua benar-benar penasaran cara apa yang digunakan Bradford sehingga William malah mengakui dosa yang tidak pernah dia lakukan.Bradford berkata, "Semua ini memang dimulai oleh William. Memang benar Yansen mati di tanganku, tapi dalang utamanya tetap dia."Wagito mengangguk lalu bertanya, "Masalahnya adalah kenapa dia mau mengakui kejahatan itu? Lalu, kenapa beberapa detik kemudian dia kembali menyangkal? Apa yang sebenarnya terjadi?"Bradford mengibaskan tangan dengan tenang. "Nggak ada apa-apa. Aku hanya menghipnosisnya supaya dia mengatakan hal yang sebenar

Robby dan Dahlia buru-buru berlari keluar. Mereka menyaksikan boneka kertas itu perlahan terbakar menjadi abu, menyisakan relik yang satu-satunya tidak hancur. Relik itu kini terkena abu hitam dan tergeletak diam di tanah.Bradford mengambil relik itu, membungkusnya dengan selembar kertas jimat, lalu berkata, "Relik ini nantinya harus kamu kubur di tempat yang fengsui-nya bagus. Setelah itu, nasib keras milikmu akan sepenuhnya berubah dan bencana hidupmu akan benar-benar terhapus."Robby sangat gembira, bahkan kagum sampai tak bisa disembunyikan. Dia menerima relik itu dengan hormat, lalu membungkuk dalam-dalam."Tuan Clayden, kebaikan dan jasa Anda ini akan saya ingat seumur hidup. Kalau suatu hari Anda membutuhkan bantuan, saya pasti akan mengerahkan seluruh kemampuan saya."Dahlia pun ikut mengucapkan terima kasih. Tatapannya pada Bradford penuh kekaguman, seakan melihat sosok yang melampaui manusia biasa.Apa yang dilakukan Bradford barusan jauh lebih luar biasa dibanding ritual me