"Pisang!"Suara Tyas tercekat, meleset dari pita suaranya, membelah keheningan ringan di kafe itu. Jantungnya melonjak ke tenggorokan. Tiba-tiba saja, sepasang tangan besar dan hangat sudah menempel di bahunya. Ia tersentak, sedikit terhuyung di kursinya. Pandangannya kosong, baru saja kembali dari lamunan panjangnya.Alis Rizky bertaut, membentuk garis tajam di keningnya. "Kamu... mau pisang?" Tangan itu kini membelai lembut bahu sang istri."Eh... a-anu... itu, Bang, aku lagi kepengen makan piscok lumer." Tyas menjawab terbata-bata, menunduk, tak berani menatap mata suaminya. Pipinya merona, panas menjalar hingga ke telinga."Pengen disengat pisang, Bang!"Anin tergelak, tawanya meledak, menunjuk-nunjuk Tyas yang wajahnya sudah semerah tomat. Ia menahan perutnya yang sakit karena menertawakan kegugupan sahabatnya itu.Rizky bangkit dari duduknya, lantas menjulurkan tangan dan menautkan jemarinya pada jemari Tyas. Genggamannya lembut namun pasti.Tyas mendongakkan kepala, menatap sua
Last Updated : 2025-10-08 Read more