Anin menepis selimut. Pandangannya lurus ke langit-langit, kaku. Napasnya pendek, setiap hembusannya terasa berat. Di sampingnya, Rey terduduk, bahunya merosot."Bun..." Suara Rey nyaris tak terdengar.Perlahan, Rey mengulurkan tangan. Ibu jari dan telunjuknya hampir menyentuh pergelangan tangan Anin, namun Anin sudah lebih dulu menarik tangannya ke dada, menjauh. "Aku lelah," katanya serak. "Aku mau istirahat."Rey terdiam, punggung tangannya masih menggantung di udara. Ia hanya bisa mengangguk, gerakan kepala yang lebih menyerupai usahanya menahan beban. Ia bangkit, menyelimuti Anin sebatas dagu, memastikan selimut itu membungkus rapat. Lalu, tanpa suara, Rey melangkah ke balkon.Di balkon, Rey bersandar pada pagar, tangannya mengepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Tiba-tiba, sebuah erangan lolos dari tenggorokannya—bukan suara, melainkan getaran parau dari rasa sakit yang menyesakkan. Ia meninju udara, hanya kekosongan yang ia pukul, namun setiap pukulan itu berisi
Huling Na-update : 2025-10-06 Magbasa pa