Malam itu hujan turun deras, menghantam atap rumah seperti ribuan jarum yang menusuk satu per satu. Araya terjaga, duduk di tepi ranjang sambil meremas jemari tangannya sendiri. Ia merasa gelisah, bukan hanya karena suara hujan, tapi karena perasaan aneh yang sejak beberapa hari terakhir terus mengganggu.Sejak percakapan terakhir, Adrien terlihat berbeda. Ia masih menguasai, masih menusuk dengan kata-kata, tapi sesekali, di balik tatapan tajamnya, Araya menangkap sesuatu: sekilas kosong, sekilas perih, seolah ada luka lama yang terbuka.Namun begitu ia mencoba meyakinkan dirinya, Araya selalu menepis: mungkin itu hanya khayalannya. Adrien tidak mungkin rapuh. Adrien adalah penjara itu sendiri.Ketika Araya menuruni tangga untuk mengambil air, ia menemukan Adrien duduk sendirian di ruang tamu. Lampu utama tidak menyala, hanya cahaya kecil dari lampu meja yang redup.Adrien duduk membungkuk, kedua sikunya bertumpu pada lutut, dan tanganny
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-02 อ่านเพิ่มเติม