Suasana rumah itu malam ini lebih sunyi dari biasanya. Koridor panjang dengan lampu temaram membuat Araya merasa seperti berjalan di dalam labirin yang siap menelannya hidup-hidup. Clarisse sudah lama pamit ke kamarnya, para pelayan lain juga lenyap entah ke mana.Araya membawa baki berisi minuman—perintah langsung dari Adrien. Ia bahkan tak berani menolak, meski tubuhnya masih gemetar karena kelelahan setelah seharian bekerja.Pintu ruang kerja terbuka setengah. Aroma alkohol bercampur wangi kayu mahal langsung menyergapnya. Adrien duduk di balik meja besar, kemejanya terbuka dua kancing, dasi longgar menggantung di lehernya. Lampu meja menyinari wajahnya yang teduh sekaligus mengancam.“Masuk,” suaranya rendah, nyaris seperti perintah militer.Araya menunduk, melangkah masuk, lalu meletakkan baki di atas meja. “Minuman Anda, Tuan.”Adrien mengangkat alis. “Tuan?”Araya membeku.“Ulangi,” katanya lagi, tatapannya tajam.“…Adrien,” jawab Araya akhirnya, pelan, hampir tak terdengar.Se
Last Updated : 2025-09-10 Read more