“Aku dengar Fahmi bilang …,” ujar Mina, suaranya tercekat, siap menyebutkan nama yang dinanti Aqila.“Dia memanggil siapa? Siapa namanya, Min? Jangan buat aku penasaran begini!” tuntut Aqila, tidak sabar. Jantungnya berdebar kencang, ia mencondongkan tubuh ke depan, seolah-olah semakin dekat dengan suara Mina, semakin cepat nama itu akan keluar.Mina terdiam lagi, nafasnya terdengar berat. Ia benar-benar berusaha mengingat, memastikan nama yang didengarnya.“Aku … aku enggak mau salah sebut, Qil. Tapi kalau aku enggak salah dengar, dan enggak salah ingat .…” Mina terdengar terbata-bata, “Namanya … Lina.”Aqila terkesiap. “Lina?”“Iya. Lina,” ulang Mina, suaranya meyakinkan. “Aku dengar Fahmi memanggil, ‘Lina, tunggu aku.’ Atau, ‘Lina, kamu mau pesan kopi ini?’ Pokoknya panggilannya Lina. Aku yakin itu.”“Lina …,” ulang Aqila, melafalkan nama itu perlahan, meresapi setiap hurufnya. Sebuah nama yang asing di telinga Aqila. Tidak ada Lina dalam daftar teman dekat atau sepupu Fahmi yang i
Last Updated : 2025-11-11 Read more