“Angkat, Rin. Tenangkan suaramu. Jangan sampai Mama kamu curiga.”Rina mengangguk, menghela napas panjang untuk mengatur ritme detak jantungnya, lalu menggeser tombol hijau. Mamanya tidak boleh curiga jika ia berada di rumah lama neneknya Fahmi dan berduaan saja dengannya di sini.“Halo, Ma?” sapa Rina, berusaha membuat suaranya terdengar normal dan sedikit lelah.Di seberang sana, suara Mama Ratih terdengar tergesa-gesa dan cemas. “Rina! Ya Tuhan, kamu di mana? Kenapa telepon kamu susah dihubungi? Mama panik tau!”“Aku masih di Desa Batu Keramat, Ma. Tadi habis dari tempat … teman,” jawab Rina, melirik Fahmi sekilas, yang memberinya isyarat untuk melanjutkan. “Sinyalnya memang jelek di sini, Ma.”“Ini bukan cuma masalah sinyal ya Rin! Ervan telepon Mama, Rin! Tumben-tumbenan dia telepon, Ma! Dia tanya kamu di mana, katanya kamu pergi sama Mbak Sumi tapi nggak ada kabar. Kamu bohongin suami kamu?” cecar Mama Ratih, suaranya naik satu oktaf. “Kan Mbak Sumi ada di rumah sama Mama. Tapi
Last Updated : 2025-11-23 Read more