Fahmi dan Rina, yang masih berdiri sangat dekat, nyaris tak berjarak, mematung. Mata mereka terpaku pada celah kecil pintu kamar 919. Bayangan Aqila di balik pintu itu adalah alarm bahaya paling nyata.Pintu itu bergeser sedikit lebih lebar. Rina merasakan jantungnya mencelos, ia menutup mata, bersiap untuk ledakan yang akan terjadi.Tiba-tiba, dari dalam kamar 919, terdengar bunyi dering ponsel yang nyaring, memecah kesunyian malam.Dring! Dring!Bunyi itu seolah menjadi penyelamat instan. Pergerakan di balik pintu 919 terhenti. Fahmi dan Rina menahan napas.Perlahan, sangat perlahan, pintu kamar 919 kembali tertutup. Terdengar suara derit pintu yang diakhir bunyi knop terkunci, ‘klik!’Fahmi dan Rina menghela nafas serempak, nafas lega yang panjang dan bergetar. Mereka baru saja melewati bencana, nyaris terpergok dalam posisi yang sangat mencurigakan oleh istri Fahmi sendiri.Fahmi segera menangkup kedua pipi Rina dengan hangat, memutar tubuh Rina agar membelakangi kamar 919.“Cepa
Terakhir Diperbarui : 2025-11-06 Baca selengkapnya