Aku melangkah masuk ke dalam ruangan Livia dengan langkah yang sedikit diseret, seolah-olah beban dunia ada di pundakku. Padahal sebenarnya, otakku sedang bekerja secepat kilat, menyusun skenario demi skenario untuk menangkis interogasi yang akan datang.Aku menutup pintu, menguncinya, dan berbalik.Livia tidak duduk di kursi kerjanya. Dia duduk di tepi meja kerja mahoni besar itu, kakinya yang jenjang disilangkan dengan anggun. Rok pensilnya sedikit tersingkap, memamerkan paha mulus yang biasanya menjadi pemandangan favoritku.Namun, kali ini, aku memaksa mataku untuk tidak tergoda melirik ke bawah. Fokusku terkunci pada tatapan matanya. Mata yang menatapku dalam-dalam, tajam dan menyelidik, seolah ingin membedah isi kepalaku dan mencari kebenaran yang kusembunyikan di sela-sela pembuluh darah.“Rey…” desahnya lelah, memecah keheningan yang menyesakkan. “Sudahlah, jangan bohong lagi. Kamu ini menyembunyikan sesuatu. Gelagatmu, caramu bicara pada Jonathan… kamu menyembunyikan sesuatu
Last Updated : 2025-12-08 Read more