Tangis haru pecah di kamar hotel mewah itu.Liana, yang biasanya angkuh dan menjaga gengsi, kini tak kuasa menahan air matanya. Dia memeluk kaki Clara, lalu memeluk tubuh sahabatnya itu erat-erat, seolah takut keajaiban ini akan lenyap jika dia melepaskannya.“Kamu bisa gerak, Clar! Kamu beneran bisa gerak! Aku nggak mimpi, kan?” isak Liana, suaranya parau.Clara mengangguk cepat, wajahnya basah oleh air mata bahagia. Dia menatap kakinya yang kini bisa ditekuk dan diluruskan dengan leluasa, meski masih terasa sedikit lemas.“Nggak, Li. Ini nyata. Kakiku hidup lagi,” bisik Clara.Kemudian, tatapan Clara beralih padaku. Wajahnya masih memerah padam—sisa-sisa dari kejadian "intim" yang baru saja kami lalui. Namun, tidak ada kemarahan di matanya. Yang ada hanyalah rasa terima kasih yang mendalam, bercampur dengan kekaguman… dan mungkin sedikit rasa malu yang manis. Dia tahu persis apa yang memicu kesembuhannya, dan rahasia kecil itu kini menjadi ikatan tak kasat mata di antara kami.Liana
Last Updated : 2025-11-30 Read more