Nathan mengusap punggung Senian perlahan, gerakannya seperti ingin menyapu semua beban dari pundaknya. Ketika Senian mendongak sedikit, matanya masih basah, rapuh, dan sepenuhnya terbuka pada Nathan.Nathan menatap dalam, satu tangan terangkat ke wajah Senian, jemarinya menyapu sisa air mata di sudut mata istrinya.“Jangan menangis karena mereka…” bisik Nathan lembut.“Kalau kamu ingin menangis, menangislah hanya di sini.” Ujung jarinya menyentuh dada sendiri. “Di tempat yang aman.”“T-Tidak, aku menangis bukan karena mereka. Tapi karena kamu, kamu selalu menjadi orang yang berada di sisiku”Mata Nathan berbinar membuat hati Senian menghangat. Tanpa sadar, dia menggenggam kerah baju Nathan seolah takut jarak sekecil apa pun akan memisahkan mereka.Nathan menurunkan wajahnya sedikit, menunggu, tidak memaksa. Gerakannya memberi ruang dan memberi pilihan.Senian perlahan maju duluan.Bibir mereka bersentuhan ringan, nyaris ragu, seperti ciuman yang mencari kepastian.Nathan membalas, lem
Last Updated : 2025-11-10 Read more