Lucien menatap pantulan dirinya di kaca mata dingin, namun di dalamnya ada bara yang lama terpendam. Dia merasa dunia telah mencuri sesuatu darinya. Pertemuan mereka dulu bukan kebetulan. Itu takdir. Dan takdir, baginya, tidak bisa direbut orang lain.“Nathan Muller mungkin punya segalanya kekuasaan, nama, dan uang,” gumamnya pelan, “tapi dia tidak punya kenangan itu, kenangan pertama ketika kamu menatap seseorang dengan ketulusan murni.”Tangannya meremas syal itu lebih kuat, seolah ingin menyalurkan seluruh emosinya ke dalam benda tersebut.“Aku yang lebih dulu menemukanmu, Senian. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambilmu lagi dariku.”Lucien membuka berkas terakhir di meja kaca itu. Tumpukan foto dan artikel lama tertata rapi arsip digital yang dicetak secara khusus oleh timnya. Di sana, terpampang wajah Senian yang masih muda, matanya berbinar, senyumnya murni, mengenakan gaun sederhana di sebuah pesta pertunangan. Di sampingnya, seorang pria berdiri tegak dengan ekspr
Last Updated : 2025-11-10 Read more