Hening sejenak. Yuilan menunduk, menahan senyum getir yang hampir muncul, lalu kembali memasang wajah sedih.“Aku tahu… aku tidak pantas. Tapi jika dengan aku berdiri di sana bisa sedikit menutup luka Tante… maka aku rela. Demi keluarga kita, demi nama baik keluarga besar.”Ingrid terdiam. Hatinya yang awalnya penuh amarah mulai luluh, meski belum sepenuhnya ikhlas. Tangannya perlahan meremas balasan genggaman Yuilan.“Kamu anak yang baik… meski bukan dirimu yang kuinginkan.”Dalam hati, Yuilan hanya bisa menarik napas panjang, berpura-pura tersakiti padahal dia tahu pada akhirnya, takdir malam itu sedang berpihak padanya.**Di balik dinding ruang terkunci, Senian mengepalkan tangan. Dia tersenyum tipis."Nikmatilah, Yuilan. Kamu pikir kamu menang hari ini. Tapi aku… aku masih hidup. Dan aku akan kembali, bukan sebagai korban, melainkan sebagai lawan."Dia mulai mengedarkan pandangannya, mencari celah. Jendela kecil tinggi di atas, engsel pintu yang sedikit berkarat, bahkan retakan k
Last Updated : 2025-09-20 Read more