All Chapters of Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir: Chapter 61 - Chapter 70

Ardhan sedikit tersenyum melirik ke samping, melihat tatapan tajam Laras."Ini bukan pertama kali kamu menyusui di depanku. Bahkan aku--""Oke, stop." Laras menyela sebelum Ardhan menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya sedikit merah tahu apa yang dikatakan Ardhan selanjutnya."Tolong fokus saja menyetir ke depan dan jangan bicara padaku. Tuan Ardhan harus berhati-hati menyetir karena kamu sedang membawa seorang ibu muda dan bayi. Jika terjadi sesuatu pada kami, kamu akan bertanggung jawab."Ardhan hanya menanggapinya dengan senyum tipis.Setelah beberapa saat Laras menurunkan kerah baju depannya dan menempelkan puting susunya pada bayinya. Mulut kecil Aidan segera menyusu dengan lahap. Tangan mungilnya menggenggam helai rambut Laras. Mata hitam besarnya yang polos menatap ibunya tanpa berkedip.Laras tersenyum hangat mengusap wajah mungil Aidan. Dia selalu menyukai menyusui bayinya, karena akan melihat pemandangan menggemaskan seperti ini. Dia tahu beberapa tahun lagi Aidan-nya akan beran

"Ahh ...." Laras memejamkan mata, mendesah. Dia langsung menutup matanya dan melirik bayi di sebelahnya. Aidan masih tidur."Jangan khawatirkan Aidan. Aku akan berusaha sepelan mungkin."Ardhan berbisik di telinganya sambil menghisap daun telinganya, membuat wanita di bawahnya gemetar.“Apa kamu sudah gila?" Laras mendesis."Ssstt, hanya sekali ini ... Aku sangat menginginkannya, aku menginginkanmu Laras. Aku rindu ...."Suara pria itu terdengar memohon dan menatap Laras dengan mata gelapnya yang berkobar api hasra."Aku rindu ...." Kata-kata itu terdengar manis, membuat dadanya berdebar.Laras ingin membalikkan tubuhnya dan membenam wajahnya di bantal untuk menyembunyikan wajahnya yang terasa panas. Tubuhnya pun tak membantah bahwa dia menginginkan sentuhan Ardhan di tubuhnya."Kita seharusnya tak melakukan ini," bisiknya pelan, namun mata gelap pria itu menatap dengan penuh damba, sangat menginginkannya dan intens.Laras mengalihkan pandangannya tak bisa menahan pandangan intens Ard

Keduanya menoleh menatap nama yang muncul di layar ponsel Ardhan. ‘Istriku’ “Nyonya Winda sedang meneleponmu. Kamu harus mengangatkanya, Tuan Ardha,” ujar Laras tenang lalu mengalihkan pandangannya pada bayinya yang masih menyusu.Dia merasakan Ardhan bergerak turun dari tempat tidur dan mengangkat panggilan dari istrinya.“Hmm, halo ….”“….”Laras tak mendengar apa yang mereka bicarakan selain suara Ardhan yang menjawab, ‘ya. Dan ‘aku mengerti, jangan khawatir, aku akan membujuknya.’Lalu setelah beberapa saat, Ardhan mengalihkan pandangannya dan berbalik menghadap Laras.“Istriku bertanya tentangmu. Dia ingin aku berbicara langsung padamu untuk membujukmu kembali bekerja sebagai pengasuh Chloe, bahkan menaikkan gaji jadi 30 juta asal kamu mau kembali bekerja. Dia sangat kewalahan dan putus asa mengurus Chloe yang rewel.”Laras terdiam mendengar angka gaji yang sangat fantastis itu. Namun itu sebanding dengan risikonya, kan?Laras tetap tidak ingin meninggalkan Aidan dan tidak ingin

Ketika Laras sampai di tempat kerjanya, rekan-rekannya segera mengelilinginya.“Laras, siapa pemilik mobil BMW itu? Kamu mengenalkannya kan?”“Apa dia menguntitmu?”“Beritahu kami, apa hubungan kamu dan pemilik BMW itu?”“Apa dia sungguh tampan?”Laras kewalahan mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari rekan-rekannya.“Ah … aku tidak terlalu mengenalnya,” balas Laras dengan suara pelan menjaga seorang anak yang sedang menggambar dengan pensil krayon. Mereka seharusnya mengawasi dan menjaga anak-anak, tapi rekan-rekannya mengelilinginya untuk membicarakan siapa pemilik mobil BMW yang selalu terlihat di halaman Daycare."Aku tak mengenalnya," gumam Laras menghindari tatapan rekan-rekannya.Rekan-rekannya terlihat ragu dan tak percaya."Sungguh?"Laras mengangguk sambil tetap menghindari tatapan rekan-rekannya dan berpura-pura sibuk mengajari anak berusia tiga tahun mewarnai."Jika kamu tidak mengenal orang itu, apa dia benar-benar penguntit?""Mana mungkin."Ranny, perempuan yang telah me

Debby tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena pria itu menaikkan kaca jendela mobilnya yang gelap, hingga dia tak bisa lagi melihat wajah tampannya. Lalu tanpa basa-basi mobil BMW meninggalkan halaman tempat parkir Daycare.Debby hanya melongo menatap mobil BMW yang menjauh."Benar kata Ranny, dia terlalu tampan untuk jadi penguntit," bisiknya pada dirinya sendiri.Sementara itu di tempat lain, Laras mendorong stroller Aidan di jalan yang tidak rata sebab dia keluar lewat pintu belakang Daycare."Sayang, maafkan ibu ya, jalannya tidak rata ..."Laras memeriksa putranya yang agak terguncang-guncang di dalam stroller. Aidan hanya menatapnya dengan mata mengantuknya dan mengucek kelopak matanya sambil menguap.Laras tersenyum kecil mengusap kepala kecilnya lalu melanjutkan langkahnya melewati gerbang belakang daycare.Gerbang belakang tidak sepenuhnya sepi, beberapa kendaraan lewat dan toko-toko kelontong di pinggir jalan, yang membuatnya merasa aman membawa putranya berjalan keluar l