Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir のすべてのチャプター: チャプター 41 - チャプター 50

Laras menunggu dengan cemas saat Andrew memeriksa Chloe."Bagaimana keadaan Chloe sekarang? Dia tidak apa-apa kan?" tanya Laras dengan suara lembut."Chloe sudah agak membaik, tapi masih perlu dipantau dan diberi obat. Jangan lupa untuk terus memberinya ASI agar Chloe tidak dehidrasi," jawab Andrew dengan senyum yang menenangkan padanya.Laras menghembuskan napas lega dan memandang Chloe yang dibaringkan di tempat tidur besar yang biasa digunakan Laras..Rona pipi di wajah mungil Chloe mulai kelihatan, namun anak itu masih terlihat lesu menatap Laras dengan mata berkaca-kaca, membuat hatinya sakit.Dokter Andrew menyimpan peralatan medisnya di dalam tas dan mendongak memandang Laras."Kamu pasti sangat takut dan cemas. Aku dengar Nyonya Winda dan Tuan Ardhan memarahimu karena lalai menjaga Chloe. Kamu tidak apa-apa?" tanya Andrew dengan nada yang penuh empati.Laras memaksakan senyum di wajahnya mendengar pertanyaan Andrew dan menganggukkan kepalanya."Aku tidak masalah dimarahi. Tapi

Suara tamparan kulit menjadi semakin keras. Desahan pria dan wanita tumpah tindih di ruangan itu seolah mereka tidak takut ada yang mendengar dan memergoki mereka berbuat mesum.Jantung Laras berdegup kencang. Matanya tanpa sengaja mengintip ke dalam. Apa yang dia saksikan membuatnya tertegun.Sofia mengenakan lingerie seksi yang robek dan setengah telanjang di atas meja kerja sambil menjepit pinggul seorang pria dengan kedua kakinya. Celana pria itu melorot ke bawah pantatnya memamerkan bokongnya yang kokoh yang bergerak maju mundur dan miliknya keluar masuk di dalam tubuh Sofia.Pria itu terus mengebor ke dalam tubuhnya dengan beringas, menyebabkan desahan kenikmatan dari Sofia.Laras merasa lemas menyaksikan adegan erotis dan non sensor tubuh seorang pria dan wanita yang tumpah tindih.Dia seketika membeku menyadari bahwa pria yang tidur dengan Sofia bukanlah Hendra Wikrama, melainkan Zidan. Putra kedua Tuan Hendra yang baru tiba di mansion tadi siang.Laras menutup mulutnya dengan

Aidan sudah berusia empat bulan, berat badannya bertambah dan dia mulai mengoceh. Mulut kecilnya yang lucu terbuka dan mengeluarkan beberapa kata terbata-bata.“Aa … aa … oo ….” Tangan mungilnya menepuk-nepuk pipi Laras dengan senyum lucunya. Menggemaskan.Laras menciumnya wajahnya gemas dan penuh kerinduan.“Aidan sayang, kangen ibu tidak?”“Aaa … aaa ….”“Kangen, ya? Ibu juga sayang! Muahhh muaaah … cintanya ibu gemas banget …..” dia memeluk bayinya gemas dan penuh kerinduan.Sinta tersenyum hangat mengusap punggung dan kepala Aidan.“Laras, kamu pasti lapar setelah perjalanan jauh, ayo masuk dan makan di rumahku dulu.”“Tidak perlu repot Kak Sinta ….”“Jangan sungkan, Bibi Sarti sudah memasak banyak makanan.”Laras tak bisa menolak karena Sinta meraih tangannya dan membawanya masuk ke dalam rumah.“Ya Laras masuklah. Makanlah bersama kami karena sudah lama kita tidak bertemu denganmu.”Dian berdiri di sisi kiri Laras, tangannya menyentuh punggung Laras, mendorongnya masuk ke dalam r

Laras menatapnya jijik sambil memeluk Aidan erat di dadanya, berusaha menutup dadanya dari tatapan mesum pria itu."Tetap saja Kak Dian tidak boleh mengintip seperti itu!""Oke, oke, aku minta maaf. Aku tidak akan melakukan itu lagi kok. Lain kali pasang bel di pintu.""Kak Dian mau apa ke sini?" Laras menggertakkan gigi."Oh, aku hanya mengantar popok Aidan dan susu Aidan yang baru dibeli Sinta.” Dian mengangkat kemasan popok dan beberapa kantong belanja di tangannya, lalu meletakkannya di meja ruang tamu."Ini dari istriku. Dia bilang jangan merasa sungkan."Laras mengatupkan gigi, lalu dengan sopan membalas ucapan Dian."Sampaikan terima kasihku sama Kak Sinta.""Terima kasih? Hanya itu saja?" Dian menatapnya dengan ekspresi mencemooh."Kami sudah banyak membantumu. Tapi kenapa hanya dapat ucapan terima kasih darimu?"Laras mengepalkan tangannya."Aku tahu, aku akan membayar semua kebaikan Kak Sinta padaku jika aku sudah cukup mampu.""Kenapa hanya Sinta saja? Aku juga membantu jaga

Ketika Winda pulang pada pukul 12 malam, dia melihat Ardhan belum tidur. Suaminya duduk di sofa dan laptop yang terbuka di atas meja dalam kamar mereka.Dia melipat tangan di depan dada dan mendongak dengan tatapan tajam di matanya saat Winda masuk ke kamar mereka.“Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa belum tidur?” Winda menyisir rambutnya dan bertanya dengan lembut sambil mendekati Ardhan.“Kamu dari mana?” Suara Ardhan terdengar dingin dan menusuk.“Uhm … aku ada syuting iklan tadi siang lalu bertemu dengan teman-temanku. Maaf ya, aku pulang agak telat. Aku lupa waktu, hehe jangan marah, ok?” Dia duduk di samping Ardhan sambil tersenyum manis meraih lengan suaminya.“Winda ….” Ardhan memanggilnya dengan suara rendah.“Kamu pergi seharian tapi sama sekali tak memedulikan Chloe?”“Apa maksudmu? Tentu saja aku peduli pada Chloe. Lagipula bukankah ada pengasuh yang selalu menjaga Chloe?”“Kamu meninggalkan Chloe pada pengasuh yang baru kamu kenal?” Suara Ardhan terdengar semakin dingin.