Marieana menoleh pada Maxim yang kini berjalan mendekatinya. Pria itu menatap berkas yang dipegang oleh Marieana sebelum gadis itu tertunduk. "Ma-maaf karena aku lancang membaca berkas ini, Paman," ucapnya, ia sadar akan tatapan Maxim. "Heem. Tidak masalah," jawab pria itu, mengulurkan tangannya mengusap lembut pucuk kepala Marieana. Marieana menatap berkas itu lagi, kali ini dengan pandangan kosong. "Ini ... surat tanah dan rumah, Paman?" tanya gadis itu. "Ya," jawab Maxim seraya melepaskan jubah mandinya dan menggantinya dengan piyama. "Itu surat tanah pertambangan milikku di Barchen. Dan satu hunian mewah di sana, di dekat pegunungan Arfu." Dada Marieana seperti diremas kuat-kuat mendengar dengan jelas pria itu mengklaim tanah dan hunian milik orang tua Marieana sebagai miliknya. Raut wajah Marieana berubah datar, jemarinya mengusap sampul berkas itu dan mengepal perlahan. "Bagaimana bisa Paman membeli tanah di Barchen? Konon katanya, membeli tanah di sana sangat suli
Last Updated : 2025-11-06 Read more