"Jatah?" tanya Selene menatapnya."Ya. Kau bilang kalau aku membawa kue itu, aku bisa mendapatkan jatahku," ucap Dirian. Wajahnya tetap datar, tapi Selene sudah cukup ahli membaca garis tipis di ekspresi suaminya itu, ada rasa senang di sana."Aku bilang kalau kau tidak bawa kue naga, aku tidak akan membukakan pintu," sahut Selene."Kau bilang juga kalau aku tidak membawa kue naga, aku tidak boleh berharap tidur denganmu." Dirian menatapnya, sangat yakin dengan hafalannya.Selene balas menatap, hendak membantah, tapi Dirian sudah bicara lagi."Ayolah, otakku akan meledak jika kau—""Baik," potong Selene cepat.Dirian langsung terdiam, menatapnya seperti tidak yakin mendengar dengan benar."Tapi," lanjut Selene sambil menyipit menatap wajah suaminya, "kau bilang kau habis berkuda. Mengapa tidak ada setitik pun keringat?""Aku tidak tahu," sahut Dirian, tenang. "Apa kau ingin aku berkeringat?""Yah… itu mungkin lebih baik." Selene tidak sadar pipinya memanas.Dirian mengerutkan alis. "Un
Last Updated : 2025-11-14 Read more