"Kau yang hancur bukan aku." Selene bicara pelan namun, suaranya tajam tapi bibirnya gemetar menahan antisipasi.Dirian tak menunggu—ia mendesak tubuh Selene, menggenggam kedua pergelangan tangannya di atas kepala. Nafas mereka bertubrukan begitu dekat, panas dan kasar. Selene merasakan otot Dirian menegang, tapi justru amarah dan rasa sakit itu yang jadi bumbu paling menggoda malam ini.“Jangan berharap aku mudah tumbang, Selene,” desis Dirian, napasnya membakar di kulit leher Selene. Ia menuntun ciuman menukik ke dada Selene, lidah dan giginya menari liar, meninggalkan jejak-jejak merah keunguan.Selene mendesah, tubuhnya melengkung mencari lebih banyak sentuhan. Kuku-kukunya menoreh punggung Dirian, membuat lelaki itu mengerang—antara tersiksa dan terangsang.“Barangkali kau yang akan menangis duluan,” bisik Selene, nada suaranya bergetar antara ancaman dan godaan.Dirian menjawab dengan satu gerakan tajam—ia menyeret Selene lebih dalam ke ranjang, tubuh mereka saling menghimpit ta
Last Updated : 2025-11-10 Read more