Semua Bab Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri: Bab 11 - Bab 20

Alisya mencoba laptop barunya, dan dia senang karena tak ada yang salah. Dan lagi, memang laptop mahal yang dibeli Andra, kualitasnya jauh dengan laptop lamanya. Alisya pun mulai memindahkan semua data-data penting dari laptop yang lama. Mungkin, nantinya laptop yang lama akan dia pakai untuk acara nonton drakor saja.Selesai berkutat dengan laptop baru, Alisya pun memilih merebahkan tubuh di atas kasur. Tangannya memegang ponsel, mengecek pesan. Dan dia mengecek nomor Axel juga. Ternyata, nomornya masih diblokir oleh pria itu. Menyebalkan memang.Alisya membuka semua sosial media yang dia punya, dan tak ada yang menarik. Berandanya penuh oleh postingan teman-temannya yang kebanyakan juga sedang menjalani masa ospek sepertinya. Btw, teman dekat Alisya saat SMA terkena masalah yang cukup pelik, hingga akhirnya komunikasi mereka pun terputus.Alisya bingung mau melakukan apa dengan ponselnya, karena tak ada yang bisa dihubungi. Axel memblokir nomornya. Dia juga belum punya teman. Ada Ai

"Maaf." Alisya terdiam saat mendengar kata itu terucap dari bibir Andra. Tak ada nada dingin, tajam, ataupun sinis. Terlihat sangat tulus. Namun, Alisya tak bisa percaya begitu saja. "Sya, maafkan aku karena sudah membentakmu kemarin. Jujur saja, aku sangat khawatir dan cemas saat ayah berkata kamu tak di rumah, sedangkan aku pun tak tahu kamu di mana." Andra berusaha menjelaskan, agar Alisya bisa memaafkannya. Dia sadar kalau kemarin malam dia keterlaluan sampai membentak Alisya, hingga mungkin membuat gadis itu sakit hati. "Tak perlu meminta maaf," balas Alisya pendek. Dia berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Andra, namun ternyata sulit. "Masih marah?" "Enggak." "Jawab jujur." "Enggak. Lepasin tanganku." "Jawab jujur." "Ish. Oke! Wahai Tuan Andra yang terhormat, aku sudah memaafkanmu. Dan aku tak suka kamu bentak-bentak lagi! Huh!" Setelah mengatakan itu, Alisya pun berhasil lepas dari Andra. Dia segera pergi dari sana, sedikit berlari karena merasa takut Andra akan

Menjelang malam, acara ulang tahun dan baby shower yang diadakan oleh Zara baru selesai. Andra dan Alisya pun setia di pesta sampai semuanya beres. Dan Zara sangat berterima kasih pada mereka berdua karena sudah menyempatkan diri untuk datang, bahkan mengikuti acara sampai selesai. "Terima kasih banyak ya sudah datang. Aku senang kalian datang ke sini," ucap Zara. Dia memeluk Alisya, lalu menepuk pelan bahu Andra. "Adikmu yang ini kelihatannya lebih pengertian ya," goda Zara pada Andra. Alisya yang mendengar itu tersenyum malu-malu. Sedangkan Andra memasang wajah yang terlihat kesal. "Dia bukan adikku." Senyuman Alisya langsung lenyap saat Andra berkata seperti itu. Zara pun terlihat kaget, dan dengan spontan memukul lengan Andra. "Kamu bagaimana sih?" desis Zara. Dia kemudian menatap Alisya yang memasang senyuman terpaksa. Sorot matanya tak bisa berbohong kalau dia merasa sedih, karena tak diakui adik oleh Andra. "Sudahlah. Kami pergi dulu. Sudah malam juga. Kamu harus segera is

Alisya dan Andra sudah berada di dalam apartemen, dan suasana sangat canggung. Setelah apa yang terjadi kemarin di sana, Alisya jadi merinding sendiri. Dia jadi tak bisa bersikap manja dan menuntut lagi. "Jika mau, kamu boleh mandi dulu. Aku siapkan pakaian untukmu." Kalimat yang sama seperti kemarin. "Menyiapkannya? Dari mana Kak Andra mendapatkan baju-baju perempuan?" tanya Alisya. Kecurigaan terlihat jelas dalam sorot mata Alisya, dan Andra tak tahu apa yang dipikirkan gadis itu sekarang tentang dirinya. "Oke, aku akan jujur padamu. Baju yang kemarin aku beli sudah lama. Sepatu dan yang lainnya juga sama. Awalnya aku berniat memberikan itu semua untuk Fiona. Tapi, semuanya tak sesuai ekspetasiku," jawab Andra. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. Kepala mendongak dengan mata terpejam. Seperti mengingat bagaimana beberapa bulan yang lalu dia merasakan hal yang terus terulang lagi. "Aku memilih menyimpannya. Aku sempat ingin membuangnya, tapi Zara melarang. Kebetulan, di

Alisya masuk ke dalam rumah, dan ternyata ada yang menunggu kepulangannya. Alisya menyapa mereka dan mengucapkan selamat malam juga. "Maaf aku pulang terlambat." Alisya berucap. Yang menunggu dirinya di ruang tamu memang hanya Hendra dan Sarah saja. Namun Alisya tahu ada yang mencuri dengar di balik tembok. Entah itu siapa, Alisya juga tak tahu. Alisya hanya tak sengaja melihat kakinya. "Tak apa, Sayang. Bagaimana jalan-jalannya? Andra menemani kamu dengan baik kan?" Sarah bertanya. Dia terlihat khawatir saat menunggu jawaban dari Alisya. Mungkin, dia takut Andra memperlakukan Alisya dengan buruk yang berakibat dia merasa malu pada suaminya sendiri. "Ibu gak perlu khawatir. Aku pulang dengan keadaan baik kok." Alisya membalas. Dia tak akan mengatakan kebaikan Andra, karena nantinya akan ada yang merasa iri mungkin. "Ayah senang kamu betah di sini. Lakukan apa saja yang kamu inginkan asal kamu senang. Tapi jangan melakukan hal-hal yang membahayakan," ucap Hendra. Alisya tersenyum