Fajar menyapa langit pedesaan dengan semburat oranye pucat. Kabut belum sepenuhnya surut, menggantung rendah di antara pohon-pohon dan atap rumah kayu yang tua. Desa itu tenang, tapi bagi Senara, hari itu terasa seperti detik pertama setelah perang besar—hening, tapi penuh sisa luka.Laras duduk di tepi ranjang di rumah penginapan kecil mereka. Cahaya pagi menerpa wajahnya yang masih pucat, bekas luka hitam samar di lehernya belum sepenuhnya hilang. Meski telah bebas dari pengaruh Raka, bayangannya belum sepenuhnya lenyap.“Rasanya... seperti aku masih bisa mendengar suaranya di kepalaku,” bisik Laras.Senara duduk di lantai di hadapannya, tangannya menggenggam jemari Laras erat. “Kau sudah bebas, Laras. Dia tidak akan kembali. Kau bukan miliknya.”Laras menatapnya, sejenak diam, lalu berkata, “Tapi aku juga bukan milik siapa pun, termasuk kau.”Senara tersenyum kecil. “Aku tak ingin memilikimu. Aku hanya ingin tetap di sisimu. Jika kau izinkan.”Di luar, Kalindra dan Veyar tengah ber
Last Updated : 2025-10-17 Read more