Pagi menyapa desa dengan kabut yang belum mau pergi, seolah semalam belum benar-benar selesai. Sinar matahari menembus tipis di balik awan kelabu, dan suara ayam jantan terdengar terlambat. Laras duduk di pinggir ranjang, jari-jarinya mengepal erat pada ujung selimut. Mimpi itu kembali menghantuinya — sama seperti malam sebelumnya, tapi lebih tajam. Wajah pria itu... atau makhluk itu, lebih jelas. Ia bahkan menyebut namanya dalam mimpi, dengan suara lembut yang membuat hati Laras bergetar: *“Laras, aku ingat kamu sekarang.”* “Siapa kamu sebenarnya...?” gumam Laras pelan. *** Hari itu, Laras mencoba kembali menjalani hidup normal. Ia pergi ke sekolah, menyapa teman-temannya, dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Tapi pikirannya terus melayang. Ia duduk di kelas dengan pandangan kosong ke luar jendela, menatap pepohonan di kejauhan. Hutan itu... seolah terus memanggilnya. “Laras, lo kenapa sih akhir-akhir ini?” tanya Tiara, sahabatnya. “Mukamu pucat, sering melamun. Jangan b
Huling Na-update : 2025-09-18 Magbasa pa