Salma tersedu-sedu, "Aku nggak punya harapan lain lagi selain kamu, Mas ...." Tangan Dimas mengepal kuat. Dadanya panas menggemuruh. Matanya lalu dipejamkan sejenak, berusaha menenangkan bara yang menyala di dadanya. Dia marah. Bukan marah pada Salma, melainkan pada pria pengecut yang mempermainkan Salma. Pria yang juga menyeret Dimas ke dalam pusaran masalah yang tak seharusnya menjadi urusannya. “Sal, kita cari dia. Kalau pun kamu mau tempuh jalur hukum, aku dukung. Aku akan bantu. Tapi menikah denganku demi mengubur masalah, itu bukan solusi Sal.” Dimas menggeleng pelan. “Kita cuma akan menambah masalah.” Salma terdiam. Kepalanya masih menunduk. Isakan pelannya sesekali terdengar. Dimas menghela napas panjang, “Itu yang pertama. Yang kedua, aku juga punya seseorang yang ingin aku perjuangkan.” Salma bergeming sebentar. Wajahnya lalu ditolehkan ke arah Dimas. Mulutnya terbuka sekelumit. Matanya yang berkaca-kaca tampak penuh tanya, seakan mendesak penjelasan, namun terlalu sun
Last Updated : 2025-10-27 Read more