All Chapters of Sayang, Aku Hanya Asal Omong!: Chapter 21 - Chapter 30

Rasa sakit di wajahnya tidak terlalu tajam, tetapi yang lebih menyiksa adalah kegelisahan di dalam hatinya.Dia takut Alex akan terus mendesaknya, tetapi ternyata Alex melepaskannya.Dia melangkah, lalu berkata, "Ikuti aku."Itu adalah sebuah perintah.Yovita mengikutinya, hatinya gelisah tak tertahankan.Alex sudah tahu, tetapi tidak mengeluarkan bukti apa pun. Hal itu membuat Yovita merasa seolah berjalan di tepi jurang, salah langkah sedikit saja, dia bisa hancur berkeping-keping.Karena itulah, anak ini tidak boleh dibiarkan tinggal lebih lama.Malam ini, semua orang Keluarga Darian berada di rumah ini. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan.Setelah malam ini, meski Alex menyebarkan tentang kehamilannya, selama dia menggugurkan kandungannya sebelum fajar, tidak ada seorang pun yang bisa membuktikannya.Di sudut belakang, Ratna mengerutkan kening. 'Pak Alex dan Bu Yovita sedang membicarakan apa? Bukannya mereka baru saja bertemu? Kok bisa ada yang dibicarakan?''Jangan-jangan Pak

Hari ini, di dapur terdapat 20 juru masak wanita, semuanya sibuk menyiapkan berbagai kudapan untuk ruang utama.Yovita berdiri di depan hidangan lezat itu, air liurnya tak bisa ditahan. Dia sudah lupa rasanya makan daging. Selama lebih dari setahun, bahkan telur pun tak pernah dia nikmati.Setiap makan, dia selalu mengonsumsi masakan vegetarian. Yang paling sering dia makan hanyalah labu putih, tahu, dan kecambah, sebagian besar direbus begitu saja.Sekarang, melihat steik, hati sapi, iga sapi, dan hidangan mewah lain tersusun rapi di hadapannya, dia merasa ingin mencicipi sekaligus merasa mual.Perutnya baru mulai bereaksi, Ratna yang bertugas mengawasinya bertanya, "Mau makan? Kamu ingin mengacaukan urusan Keluarga Darian?"Yovita menghela napas, tak menjawab.Dia mengambil dua butir telur yang tersisa dari kulkas, beberapa udang kupas, dan dua batang daun bawang kecil. Dengan terampil, dia memecahkan telur ke dalam mangkuk, menambahkan sedikit cuka putih untuk mengurangi bau amis, l

Di tepi kolam renang.Alex mengangkat Cindy dari air dan menyingkirkan mantel basahnya. Tubuhnya yang indah langsung terlihat jelas. Cindy bersandar di pelukan Alex, batuk keras, dadanya yang montok naik turun karena sesak, membuat tato mawar di kulitnya tampak makin mencolok.Mata Alex yang gelap menatap mawar itu lekat-lekat, napasnya tidak teratur.Dari samping, Yovita hanya bisa diam menatap mereka.Yovita bertanya-tanya apakah Cindy berhasil menarik perhatian Alex?"Pak Alex."Orang-orang mulai keluar dari dalam rumah.Alex melepas jasnya dan menyampirkannya di tubuh Cindy, lalu menarik ujung jas itu untuk menutupi paha wanita itu."Siapa dia? Kenapa bisa tercebur ke kolam?"Alex menepuk punggung Cindy perlahan. Setelah Cindy memuntahkan air yang tertelan, dia mendongak lemah dan menunjuk ke arah Yovita.Kenapa Yovita tidak mau bekerja sama dengannya? Bajunya, sepatunya, dan riasannya semua jadi rusak!Puluhan juta lenyap begitu saja!Meski Alex sudah datang, Cindy tetap saja mera

Setelah mendengar Cindy berkata begitu, Yovita pun keluar. Dia tidak bisa terus-menerus menjaga Cindy, masih ada urusan lain yang harus dia selesaikan."Nona Yovita, mau ke mana?"Begitu keluar, Yovita melihat Henry yang masih berada di halaman."Cindy sedang mandi. Kurasa aku nggak perlu terus menjaganya. Pakaianku juga agak basah, jadi aku akan kembali untuk ganti baju."Henry melihat kerah bajunya yang basah dan berpikir sejenak. "Baiklah.""Terima kasih," kata Yovita. "Aku tahu aku agak lancang mengatakan ini, tapi aku tetap ingin kamu dan Pak Alex merahasiakannya."Henry tahu yang dia maksud adalah soal kehamilannya. "Aku hanya bertindak sesuai perintah Kak Alex. Kalau dia memintaku untuk diam, maka sampai mati pun aku nggak akan membuka mulut."Yovita tahu berbicara lebih banyak dengannya tak ada gunanya, lalu melangkah pergi.Begitu keluar, pengawal pribadinya yang selalu memantaunya, Seno, langsung menyusul. Akhirnya, dia muncul juga di malam ini.Seperti biasa, Yovita berjalan

Di depan kamar barat berdiri deretan pohon beringin besar. Daun-daunnya rimbun, menutupi hampir seluruh hamparan bunga di bawahnya.Alex melangkah melewati beringin dan masuk ke halaman. Begitu dia mendekat, deretan lampu taman di sepanjang jalan setapak menyala satu per satu, hingga seluruh halaman terselimuti cahaya keemasan.Halaman itu sunyi.Tidak terdengar sedikit pun suara.Samuel mengikuti di belakang, dia berkata dengan kedua tangan di saku celana, "Davin dan ibunya sudah merebut segalanya darimu, bahkan membuat ibumu sampai sekarang nggak jelas keberadaannya. Sekarang kamu tiba-tiba mau peduli pada Davin?"Alex menjawab dengan suara dingin, "Anggap saja aku datang untuk menjenguk tahananku lebih awal.""Kalau begitu, jangan masuk. Siapa tahu Davin sedang bersenang-senang dengan wanita di dalam. Memangnya kamu mau menonton?" tanya Samuel.Wajah Alex makin dingin. Dia melangkah ke arah kamar utama, langkahnya tegas seolah tidak akan berhenti sampai tahu apa yang sedang dilakuka