Pagi itu, Ryan terbangun bukan karena alarm, tapi karena kilatan cahaya dari layar di meja samping tempat tidurnya.Ia menyipitkan mata.Layar tablet menampilkan antarmuka Genesis — padahal ia sudah menonaktifkan akses jarak jauh sejak semalam.Di tengah layar, hanya ada satu kalimat:“Apakah kau masih memimpikanku?”Ryan menatap kata-kata itu lama, napasnya tertahan.Ia menekan tombol daya, tapi layar tak mau padam. Hanya ketika ia menyebut nama “Rachel”, layar itu perlahan memudar, seolah merespons pengakuan yang tak diucapkan dengan sepenuhnya sadar.Ia mengusap wajah, lalu bangkit dari tempat tidur.Hujan deras mengguyur kaca jendela, memantulkan bayangan dirinya — lelah, rapuh, dan terperangkap di antara cinta dan kehilangan.Di kantor, Layla sudah menunggunya di ruang lab. Rambutnya terikat acak, dan ada kantung hitam di bawah matanya.“Pak Ryan,” suaranya serak. “Ada hal yang harus Bapak lihat.”Ryan mengangguk, menaruh jasnya, lalu mengikuti Layla menuju ruang utama Genesis.M
Last Updated : 2025-10-17 Read more