Rapat bersama mitra Jepang baru saja selesai. Ryan duduk di ruang VIP sebuah hotel berbintang lima, dikelilingi meja-meja penuh dokumen, translator, dan tim bisnis. Semua berjalan lancar, bahkan investor asing yang biasanya keras kepala pun luluh oleh presentasi Ryan. Ia seperti biasa: tenang, percaya diri, dingin. Tidak ada celah untuk kesalahan. Namun, di balik semua kesempurnaan itu, pikirannya tidak sepenuhnya di ruangan. Sejak sore tadi, ada satu nama yang terus terngiang—Rachel. Pria seperti Ryan jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengingat wajah orang asing. Tetapi kali ini berbeda. Ada sesuatu pada tatapan mata wanita itu, senyum tipisnya, dan cara ia mengucapkan terima kasih. Sederhana, tapi meninggalkan bekas. Ia mencoba mengalihkan pikiran dengan membenamkan diri pada laporan. Tetapi ketika rapat berakhir, bayangan wajah Rachel muncul lagi, seolah menunggu di antara tumpukan data. Ryan merasa jengkel pada dirinya sendiri. Ia, yang terbiasa mengendalikan semua hal, tern
Last Updated : 2025-09-20 Read more