All Chapters of Bangkitnya Dokter Agung: Chapter 81 - Chapter 90

“Maka serpihan ini…” Harris menatap logam hitam itu tanpa berkedip. Cahaya merah yang tersisa dari lingkaran ritual memantul di permukaannya, tapi yang membuat bulu kuduknya berdiri adalah Qi yang merayap dari dalam terasa dingin, seperti jari seseorang menyentuh tulang belakangnya langsung.Liora mendekat, langkahnya pelan. “Jangan pegang terlalu lama. Energi mereka bisa masuk lewat pori-pori.”Queen menelan napas, tubuhnya masih gemetar sejak lingkaran itu pecah. “Liora, siapa mereka? Klan apa tadi?”Liora menarik napas panjang, seolah menimbang setiap kata. “Klan D’Varuna.”Nama itu menabrak udara malam seperti batu menembus kaca. Harris melihat wajah Queen langsung pucat.“Aku pernah dengar,” Queen berbisik. “Tapi cuma desas-desus gelap. Mereka bukan dari sini.”“Mereka tidak dari mana pun,” Liora membalas, matanya menajam. “Mereka bergerak di bawah garis negara, di bawah praktik medis resmi, di bawah semua hukum yang kita tahu. Mereka datang hanya untuk satu hal, tubuh manusia.”

Pintu besi itu menganga diam di depan mereka, berdiri seperti luka tua di tengah gelapnya terowongan bawah Arcapura. Cahaya lampu genggam Liora hanya mampu menyentuh sebagian permukaannya, sisanya ditelan kegelapan yang seperti punya kehendak sendiri.Harris mendekat, langkahnya pelan. “Ini pintunya.”Liora mengangkat lampu lebih tinggi. Karat memenuhi seluruh bidang, tapi di antara retakan itu ada bekas garis halus yang tidak mungkin terbentuk secara alami. Bekas operasi medis, seperti sayatan di daging.“Ini bukan pintu terowongan biasa,” Liora berbisik. “Lihat pola ini, ada bentuk lingkaran operasi di balik lapisan karatnya. Berarti pintu ini pernah dipakai untuk akses klinis puluhan tahun lalu.”Harris menelusuri garis itu dengan ujung jarinya. “Klan D’Varuna memakai tempat lama. Mereka tidak membuat fasilitas baru. Mereka mengambil tempat yang sudah punya sejarah gelap dan memperdalamnya.”Qi tipis menelusup keluar dari celah-celah pintu, udara berubah dingin. Liora mundur seteng

Anak itu menempel pada lengan Liora, tubuhnya menggigil tak terkendali. Harris melangkah setengah ke depan, tubuh condong sedikit, postur siap bertarung.Lorong yang gelap itu berubah. Cahaya merah tipis merembes dari kejauhan, memanjang seperti garis darah yang diseret di sepanjang dinding. Liora menahan napas ketika bayangan tinggi mulai muncul, perlahan membentuk siluet manusia.Akhirnya, sosok itu keluar dari kegelapan, tubuh tinggi, kurus, tapi kaku seperti alat bedah hidup. Mantel panjang dokter bedah berwarna hitam kusam menutupi tubuhnya. Masker besi menutup sebagian besar wajahnya, dengan sambungan-sambungan logam di sisi pipi. Ada kabel tipis menghubungkan masker itu ke tulang lehernya, seolah dipaksa menjadi bagian permanen dari tubuhnya.Dan mata yang hitam pekat namun kosong. Tidak bergerak sedikitpun, tapi sadar penuh.Anak itu langsung merosot ke lantai. “Tidak… tidak… dia menemukan kita!”Liora memegang bahu anak itu, tapi tatapannya terkunci pada pria berjaket panjang

Retakan di masker itu semakin melebar. Dari celah tipis itu, sepasang mata tampak jelas, mata yang pernah Harris lihat bertahun-tahun lalu, sebelum hidupnya runtuh, sebelum penjara bawah tanah, sebelum pita suaranya dicabik Qi asing.Mata itu dulu selalu tersenyum kecil saat membantu ayahnya mengurus pasien di klinik tua Gunawan.Sekarang mata yang sama, kosong.Harris mematung. Napasnya tercekat. “Kau…”Dokter Hitam tidak menjawab. Ia hanya menatap balik, seolah mencoba mengingat sesuatu yang luput dari kesadarannya.Liora menelan ludah, wajahnya berubah pucat. “Tunggu, kau kenal dia?”Harris mengangguk pelan, tanpa memalingkan pandangan. “Dia dulu asisten ayahku. Nama—” Ia berhenti mendadak. Nama itu tidak keluar. Ada tekanan Qi asing di udara, seperti suara tak terlihat memutus ingatannya.Liora merapat, suara pelan namun tajam. “Tidak mungkin. Klan D’Varuna tidak menerima relawan. Mereka hanya mengambil.”Anak kecil di belakangnya bersembunyi lebih rapat, tubuhnya menggigil. “Dia

“Buka.”Suara Harris rendah, nyaris tidak terdengar. Namun Qi di sekeliling tubuhnya sudah bergerak lebih dulu.Jarum naga melesat, menghantam segel hitam di pintu besar itu. Simbol spiral retak, memercikkan cahaya gelap seperti kaca pecah. Pintu ruang operasi bergetar hebat lalu terbuka paksa dengan dentuman berat yang menggema ke seluruh lorong Zona 0.Harris menerjang masuk. Udara di dalam langsung menusuk paru-paru. Dingin dan bersih untuk tempat yang dibangun di atas jeritan manusia.Lampu bedah menggantung rendah, menyinari meja operasi logam di tengah ruangan. Permukaannya masih basah, cairan transparan menetes perlahan ke lantai, membentuk pola yang tidak beraturan. Mesin-mesin asing berdengung di sekeliling, tabung kaca, pipa Qi, dan layar monitor yang berkedip dengan grafik hidup-mati.“Sera…!” Harris melangkah cepat, matanya menyapu setiap sudut. “Sera!”Tidak ada jawaban.Liora masuk menyusul, langkahnya tertahan begitu melihat ruangan itu. “Astaga…”Meja operasi itu jelas