Dibuang Keluarga, Dinikahi CEO Kaya의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 20

Aura percaya diri dari Arash menular pada Alana, dia tidak membiarkan kepalanya tertunduk. Tapi semakin dekat ke depan, semakin jantungnya berdegup kencang. Beberapa orang di depan sana terlihat familiar, Alana semakin mengeratkan gandengan tangannya pada Arash. "Tidak usah panik, kamu harus percaya diri menghadapi mereka. Ingat, mereka tidak sebanding denganmu." Bisik Arash pelan, langkah mereka terhenti beberapa meter dari keluarga Alana, terlihat sekali wajah terkejut dari ketiga orang itu. "Arash? Gak nyangka kamu bakalan datang. Sekretaris mu kemarin bilang kamu sibuk." Mario, rekan bisnis Arash sekaligus pemilik acara ini. Pria itu menyambut Arash dengan hangat, begitu juga dengan Alana. Kalau tadi Alana di abaikan, sekarang tidak lagi, rekan Arash yang satu ini sangat welcome padanya. "Tumben bawa gandengan? Biasanya selalu sendiri tiap datang ke acara begini" Arash tersenyum tipis menanggapinya, "Sekarang sudah ada kekasih, jadi tidak akan sendirian lagi

Taman di sekitar komplek apartemen pagi ini terlihat ramai. Orang-orang berolahraga santai, ada yang jogging, senam, atau sekadar berjalan-jalan menikmati udara segar. Alana termasuk salah satunya. Dengan pakaian olahraga berwarna cerah, ia berusaha mengimbangi langkah Arash, pria yang memaksanya lari pagi ini. "Itu kayaknya enak, deh..." lirih Alana saat melihat penjual kue putu yang sedang ramai pembeli. Aroma pandan dan kelapa yang menguar dari gerobak itu sukses menggugah seleranya. Sudah lama ia tidak makan jajanan kaki lima seperti ini. Dulu, saat neneknya masih hidup, wanita tua itulah yang selalu memasak untuknya. Dan sekarang, sejak tinggal bersama Arash, makanan yang Alana makan selalu dari restoran ternama. Atau, pria itu sendiri yang memasaknya. Arash bilang, semua makanan yang masuk ke dalam tubuhnya harus higienis. Sentilan pelan di kening membuat Alana mengerjap. Arash menatapnya dengan tatapan memperingatkan. "Jangan macam-macam, fokus pada kegiatanmu s

Alana menatap gedung perkantoran di hadapannya. Jari-jemarinya saling bertautan, tanda bahwa ia sedang gugup. Ia berharap Arash ada di kantornya saat ini. Alana berusaha membuang jauh gengsinya. Mungkin saja ada kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan yang membuat Arash marah. "Nanti gak usah jemput, Pak. Aku pulangnya bareng sama Kak Arash," ucap Alana pada sopirnya. Alana keluar dari mobil dan masuk ke dalam kantor dengan percaya diri. Ia ingat kemarin ada Beni yang menjemputnya di lobby, itu seharusnya memberinya sedikit keuntungan, bukan? "Maaf, mau cari siapa?" tanya seorang resepsionis. Sepertinya resepsionis itu belum mengenalnya. Alana tersenyum manis sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Aku pacarnya Kak Arash, kemarin juga aku udah ke sini kok." Mata karyawati itu memicing curiga. Ini bukan kali pertama ada wanita yang mengaku-ngaku sebagai kekasih bossnya itu. Dalam hati, ia bertanya-tanya, siapa lagi wanita yang akan datang dan membuat keributan hari ini?

"Pria yang anda maksud itu hanya teman biasa, mereka sebetulnya tidak terlalu akrab, Tuan. Anda bisa mengikat Nona Alana secara resmi agar tidak perlu khawatir lagi," saran Beni dengan hati-hati. Arash menatap tajam ke arah Beni, rautnya berubah datar. "Mengikat apa? Aku hanya memastikan dia tidak macam-macam di luar, yang berpotensi merugikan ku. Lagipula aku tidak tertarik dengan hubungan yang serius." jawab Arash dingin. 'Tidak tertarik tapi selalu mencari tahu apapun tentang nona Alana' Cibir Beni dalam hati, heran melihat tingkah bossnya itu yang selalu denial dengan perasannya sendiri. Arash melihat jam tangannya, sudah pukul empat sore. Kemungkinan Alana sudah pulang kuliah. "Batalkan semua jadwalku setelah ini. Aku ingin pulang," perintah Arash tanpa menatap Beni. "Baik, Tuan," Beni menunduk singkat, supir sudah menunggu di pelataran pintu utama. Setelah duduk di mobil, ia baru mengecek ponselnya, keningnya berkerut saat melihat banyak notifikasi panggilan

"Cari tahu apa yang terjadi dengan Alana kemarin. Jangan ada informasi yang tertinggal satupun!" perintah Arash dengan nada dingin, matanya memancarkan amarah yang terpendam. [Baik, Tuan.] Perintah dari Arash langsung di iyakan dengan cepat oleh Beni. Bossnya itu kalau menyangkut soal Alana pasti gerak cepat. "Satu lagi, buat semua investor yang sedang bekerjasama dengan Suryo mengundurkan diri. Aku mau bisnis pria tua itu collapse lebih cepat!" perintah Arash lagi, suaranya penuh dengan dendam. Suryo sudah menyakiti Alana dengan sedemikian rupa, dia harus membayar semua perbuatannya! [Baik, Tuan. Semuanya akan saya atur.] jawab Beni dengan sigap. Arash mengakhiri panggilannya, lalu menatap dalam Alana yang sedang tidur, sesekali mata gadis itu bergerak gelisah. Arash beranjak dari kursinya dan mendekati gadis itu, diusapnya pelan rambutnya. "Sstt... tidur lagi," bisik Arash lembut, mengecup kening Alana dengan sayang. Alana tampak lebih tenang setelah Arash