Entah sejak kapan, Kristof sudah mencondongkan badannya ke arah Emily. Wajahnya yang tegas dengan garis-garis jelas kini hanya berjarak sejengkal. Bola matanya penuh dengan bayangan Emily.Detik berikutnya, Emily merasakan dagunya dicekal kuat oleh pria itu. Jari-jari Kristof yang kokoh memaksa mengangkat wajahnya hingga dia mendongak dan tatapan mereka bertemu.Kristof membuka bibir tipisnya, suaranya dalam. "Tapi sekarang, kamu sudah jadi Nyonya Maison. Kartu-kartu lama itu sebaiknya kamu buang semua ya?"Nada suaranya rendah, tanpa sedikit pun amarah, bahkan terhitung lembut.Bulu mata panjang Emily bergetar. Saat genggaman itu perlahan terlepas dari dagunya, dia kembali mengambil kartu yang tadi jatuh. Kenangan manis di masa lalu melintas, tetapi kini yang tersisa hanyalah rasa perih.Emily berucap, "Tanpa kamu bilang pun, aku memang akan membuangnya.""Hmm." Kristof hanya menanggapi singkat, menyembunyikan gejolak emosi yang sempat muncul di matanya.Jelas sekali, dia tahu Emily b
Read more