Penyesalan Sang CEO yang Terlambat

Penyesalan Sang CEO yang Terlambat

Oleh:  NaylaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
100Bab
21Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sejak usia sepuluh tahun, di sisi Emily selalu ada Finn. Seluruh masa remajanya, rasa kagumnya, juga semua bayangan tentang pernikahan, semuanya dipenuhi oleh Finn. Meskipun Finn berkali-kali mengabaikan dan menyakitinya demi orang lain, Emily tetap percaya bahwa pada akhirnya mereka akan menikah dan hidup bahagia. Sampai malam sebelum pernikahan, ketika dia melihat Finn memeluk wanita lain tidur di kamar pengantin mereka, saat itulah Emily akhirnya keluar dari penjara kebohongan yang selama ini dia paksa untuk percaya. Dia memblokir semua kontak Finn, lalu kembali ke sarang serigala yang telah lama dia tinggalkan. Dia menikah kilat dengan Kristof, Tuan Ketiga Keluarga Maison yang dirumorkan tidak bisa menghasilkan keturunan. Dengan itu, Emily berhasil menampar wajah semua orang yang pernah menyakitinya. Selangkah demi selangkah, dia merebut kembali semua peninggalan ibunya. Dengan tegas, dia menolak Finn yang bersujud seperti orang gila dan memohon agar dia kembali. Sampai suatu hari, ketika Kristof kembali menekannya di ranjang, Emily baru menyadari bahwa pernikahan yang dia kira hanyalah saling memanfaatkan tanpa cinta, ternyata adalah rencana yang telah disusun oleh seorang pria selama 15 tahun lamanya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Emily Hadid mengenakan gaun tidur sutra, berdiri di depan jendela besar sambil menatap bintang-bintang di luar. Setelah terdiam lama, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon balik. "Aku setuju dengan pernikahan aliansi itu."

Telepon di seberang hening sejenak. Segera, suara ayahnya yang gembira terdengar. "Emi, kapan kamu pulang? Ayah akan jemput kamu."

Nama kecil yang sudah lama tak terdengar itu membuat hidung Emily terasa sesak.

"Senin depan." Setelah mengucapkannya, Emily langsung menutup telepon.

Sejak ibunya meninggal, pria itu langsung membawa perempuan lain dan putrinya masuk ke rumah. Emily membenci mereka, tetapi perusahaan yang diwariskan ibunya tidak boleh begitu saja jatuh ke tangan perempuan itu dan anaknya.

Dulu, demi pria bernama Finn Aristo, Emily terus berusaha bertahan. Kini, dia tidak perlu lagi repot-repot. Dia akan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya dengan cara paling langsung.

Begitu mengingat Finn, hatinya terasa nyeri lagi.

Pukul 8.30 malam, Emily menata masakan yang dia masak ke atas meja. Pada saat bersamaan, Finn mengirim pesan.

[ Di kantor ada urusan, jangan tunggu aku. ]

Menatap layar, tubuh Emily terasa kaku.

Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-23, juga tahun kelima kebersamaannya dengan Finn. Sejak pukul 6 malam, Emily terus menelepon dan mengirim pesan. Namun, telepon tak diangkat dan Finn hanya membalas pesannya dengan singkat, mengatakan dirinya sibuk.

Kotak percakapan seperti sandiwara satu orang karena hanya Emily yang sibuk mengirim pesan.

[ Aku pesan steik tomahawk. ]

[ Bunganya mawar dan lili. ]

[ Anggur ini kesukaanmu, tadi sore aku ambil dari kilang anggur. ]

[ Lilin aromaterapi sudah kusiapkan, wangi melati. Khusus untukmu malam ini. ]

....

Tiga belas tahun berturut-turut, Finn tak pernah absen di hari ulang tahunnya. Dengan tak rela, Emily kembali menekan nomor Finn. Namun, telepon sudah tidak aktif.

Dia baru saja menunduk memeriksa waktu pesan terakhir masuk, tiba-tiba muncul notifikasi dari akun yang dia ikuti.

[ Konser Maestro Vin, sudah lama kutunggu. ]

Di bawahnya ada foto. Dua lengan bersentuhan erat, laki-laki dan perempuan.

Dalam cahaya redup, manset berlian pada lengan pria tampak jelas. Itu adalah manset dengan pola melati, yang Emily pesan secara khusus. Itu adalah motif favorit Finn. Di seluruh Kota Kumo hanya ada satu.

Emily menggenggam erat ponselnya, memperbesar dan memperkecil foto itu berulang kali, sampai matanya perih. Kemudian, dia melemparkan ponsel ke meja, terengah-engah bagai ikan yang sekarat.

Hari pertama tur nasional Maestro Vin, Emily sudah membeli tiket. Dia bahkan bilang, itu adalah hadiah ulang tahun yang paling dia inginkan.

Finn berjanji menemaninya, tetapi saat acara akan dimulai, dia malah mengingkarinya. Kini, tepat di hari ulang tahunnya, Finn justru pergi bersama Wanda.

Rasa sakit di dada menjalar ke seluruh tubuh. Emily menutup wajahnya, tak sanggup lagi menipu diri sendiri.

Sejak kecil tubuhnya lemah. Saat berusia sepuluh tahun, dia pindah dari ibu kota ke Kota Kumo untuk berobat, lalu berkenalan dengan Finn. Karena Finn, meskipun sudah sembuh, dia tak ingin kembali ke ibu kota.

Anak laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu selalu melindungi dan menyayanginya, menemani dari SMP hingga kuliah.

Saat Emily berulang tahun ke-18, Finn tak sabar menyatakan cintanya, memberi bunga terindah, dan berjanji seumur hidup hanya mencintainya.

Lantas, sejak kapan semua berubah? Mungkin sejak hari Emily menggandeng Wanda dan memperkenalkannya kepada Finn.

Gadis bergaun putih sederhana itu tersenyum lembut, rapuh, dan rendah diri. "Kak Finn, aku murid beasiswa yang dibantu Emily."

Seperti bunga lili di tebing curam, penampilan Wanda sangat mudah membangkitkan naluri pria untuk melindunginya.

Sejak saat itu, dalam pilihan antara Emily dan Wanda, sembilan dari sepuluh kali Finn lebih memilih Wanda. Untuk itu, Emily pernah marah.

Namun, Finn selalu menatapnya dengan kening berkerut, penuh kekecewaan. "Wanda lemah, dia nggak bisa menandingi kamu. Jangan ganggu dia."

Memangnya orang yang bertubuh lemah boleh seenaknya merebut pacar orang?

Ponselnya tiba-tiba terus bergetar. Emily segera melihat. Tiga notifikasi muncul bersamaan.

[ Permainan biola Maestro Vin memang kelas dunia. Kak Finn sudah membantuku. Selesai konser, aku akan jadi muridnya. ]

[ Hari ini ulang tahunmu ya? Aku sudah minta Kak Finn pulang menemuimu, tapi dia khawatir aku nggak makan dengan baik, makanya menemaniku. Kamu telepon terus, dia jadi kesal dan terpaksa matikan ponsel. ]

[ Ini hadiah dari Kak Finn untukku. Emily, coba lihat, cocok nggak dengan pakaianku? ]

Sebuah gelang berlian warna-warni yang indah. Itu adalah produk baru dari merek mewah, hanya bisa didapat dengan pemesanan jauh hari.

Saat iklannya muncul, Emily pernah menyebutkannya kepada Finn. Ternyata Finn memang membeli, hanya saja bukan untuknya.

Emily meletakkan ponsel dengan tenang, menyalakan lilin, lalu merayakan ulang tahunnya seorang diri. Semua makanan yang tersisa pun dia buang ke tempat sampah, termasuk kue ulang tahun buatan sendiri yang dia pelajari setengah bulan.

Alasan dia baru pergi minggu depan adalah karena selama 13 tahun ini, dia dan Finn terikat terlalu erat, baik dari segi perasaan maupun kehidupan. Berpisah darinya tidak mudah. Dia butuh waktu.

Dalam kantuknya, Emily merasa ada seseorang duduk di tepi ranjang. Tangan dingin menyentuh wajahnya dan mencubit pelan. Suara berat itu terdengar penuh kasih sayang seperti biasa. "Emi, maaf aku pulang terlambat. Ini hadiah ulang tahunmu, coba lihat suka nggak?"

Emily terbangun, mengerutkan kening, membuka mata. Pria itu hanya mengenakan kemeja hitam tanpa jas.

Dalam cahaya remang, wajah tampan dengan garis tegas itu tersenyum hangat, terlihat semakin memikat. Mata itu seperti mampu menenggelamkan siapa pun.

Emily bangkit dan duduk, lalu menerima kotak yang disodorkan. Di dalamnya adalah gelang berlian warna-warni

"Bukankah kamu selalu menginginkannya? Aku pakaikan untukmu ya." Finn hendak mengambil gelang itu, tetapi ponselnya malah berdering.

Dia menaruh kotak di ranjang, lalu bangkit dan mengangkat telepon. "Kok bisa jatuh? Ada luka? Jangan nangis, aku segera datang."

Dia begitu panik, bahkan tak sempat kembali ke sisi ranjang untuk menjelaskan.

"Finn ...." Emily memanggil pelan, tetapi pintu kamar sudah tertutup rapat.

Finn tidak menoleh.

Beberapa menit kemudian, pesan dari Wanda kembali masuk.

[ Sudah dipakai gelangnya? Kamu harus terima ya. Aku susah payah membujuk Kak Finn supaya mau memberikannya ke kamu. Dia sayang aku yang pengertian, makanya setelah konser dia menemaniku membeli satu lagi. ]

[ Aku suka makna gelang itu, yang dicintai akan selalu berbahagia. ]

Ini adalah gelang pasangan klasik dari merek yang sama.

Pada tahun berdirinya perusahaan Finn, dia pernah mengajak Emily melihat gelang ini. Saat itu, modal perusahaan sedang ketat. Beberapa proyek awal justru tertutup berkat Emily yang menjual dua koleksi kerajinan keramik warisan ibunya. Dia tidak tega membiarkan Finn terbebani.

Namun, setelah perusahaan berkembang, Finn tak pernah ingat membelinya gelang itu. Begitu uang proyek cair, Emily mencoba menelusuri dua koleksi kerajinan keramik itu, tetapi sudah dibeli kolektor misterius dengan harga tinggi dan tak pernah ditemukan lagi.

Malam itu, Finn tidak kembali. Keesokan paginya saat sarapan, ponselnya kembali berbunyi. Pesan dari Wanda.
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
100 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status