All Chapters of Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat: Chapter 11 - Chapter 20

"Ah…" Fera kembali menjerit. Kali ini jeritannya benar-benar menyedihkan."Aku benar-benar takut setengah mati." Rossa menepuk dadanya. Wajahnya dipenuhi rasa lega. "Untung aku cepat-cepat menghindar. Kalau nggak, bisa-bisa wajahku yang rusak.""Fera." Suara Arman terdengar cemas. Namun, kakinya tertindih seseorang, sehingga membuatnya marah dan frustrasi. "Turun dari tubuhku sekarang!"Rossa melihat posisi mereka berdua. Khawatir pria itu salah paham, Rossa pun buru-buru menjelaskan, "Arman, jangan salah paham. Aku sama sekali nggak punya perasaan lagi padamu. Barusan aku benar-benar nggak punya tempat untuk menghindar. Aku sudah benar-benar nggak merasakan apa-apa lagi padamu."Tubuh Arman langsung menegang. Matanya yang hitam dan dalam seketika menjadi suram."Aku bilang turun dari tubuhku!" Arman kembali memerintah. Kali ini suaranya dipenuhi amarah.Kali ini, Rossa akhirnya mengerti. Arman sedang cemas ingin menyelamatkan Fera. Rossa pun menarik bibirnya dan ekspresi sinis muncul

Sepertinya, karena orang yang dicintainya terluka, Arman pun merasa sedih dan melampiaskan amarahnya pada Rossa.Rossa tersenyum sinis, tetapi segera berkata, "Aku punya waktu sekarang. Satu jam lagi, kita bertemu di kafe dekat Grup Naratama."Kebetulan sekali. Begitu cerai, langsung ada uang.Satu jam kemudian, Rossa tiba di kafe. Pak Dirga sudah menunggunya di sana.Usia Pak Dirga baru di awal dua puluhan tahun. Dia mengenakan setelan jas hitam dan membawa tas kerja di sampingnya. Wajah Pak Dirga yang tampan itu memakai kacamata tanpa bingkai, membuat penampilannya tampak seperti seorang profesional kalangan elite bisnis."Pak Dirga, maaf sudah membuatmu menunggu," kata Rossa sambil berjalan mendekat.Pak Dirga segera berdiri. Dia melirik jam di pergelangan tangannya, lalu tersenyum dan berkata, "Anda sama sekali nggak terlambat. Justru aku yang datang lebih awal."Serius dan benar-benar teliti.Rossa hanya tersenyum tanpa membantah, karena memang hanya basa-basi.Pak Dirga adalah pe

Pria berengsek ini mengira Rossa-lah yang membocorkan rahasia?Rossa justru begitu ingin bercerai, mengapa harus melakukan hal-hal seperti itu?Di kehidupan ini maupun sebelumnya, pria ini tidak pernah percaya padanya. Rossa pun menatap Arman dengan tajam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Arman merasakan tatapan di sebelahnya dan sedikit mengerutkan kening. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanggapinya.Dengan nada dingin, Arman pun bertanya balik, "Aku mau cerai, tapi Kakek malah tahu lebih dulu dibanding aku?"Maksudnya: aku sebagai yang bersangkutan saja tidak tahu, tetapi kalian malah sudah tahu?"Kalau begitu, sepertinya ini cuma kesalahpahaman," kata Tuan Besar Dipa. "Karena sudah menikah, jalani hidup dengan baik. Gadis dari Keluarga Naratama ini adalah gadis yang baik. Kamu harus menghargainya dengan baik.""Kakek, dia bohong!" teriak Bayu dengan penuh emosi."Diam!" Tuan Besar Dipa kali ini juga membentak dengan suara keras.Bayu tidak bisa menahan diri. Dia me

Rossa sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Namun, jika tidak bercerai, dia tidak akan punya uang.Rossa pun menguatkan hatinya. "Kita bisa menunda perceraian untuk saat ini. Tapi, beri aku tunjangan yang kamu janjikan dulu.""Heh." Arman mencibir. Dia tidak mau repot-repot untuk menanggapinya."Heh" lagi?Rossa agak kesal. Dia lalu ikut tertawa dingin dua kali, "Heh, heh." 'Kamu kira cuma kamu yang bisa "heh"? Aku juga bisa.'Dengan nada paling licik, Rossa pun berkata, "Kalau kamu nggak setuju, besok aku akan cari Tuan Besar Dipa dan bilang aku mau cerai sama kamu.""Silakan." Arman tampak sama sekali tidak peduli.Rossa mengerutkan kening. "Barusan kamu kelihatannya takut banget kalau soal cerai ini sampai ketahuan Tuan Besar Dipa, kenapa sekarang jadi nggak takut?"Arman diam saja. Namun, meskipun Arman tidak menjawab, Rossa mulai bisa menangkap maksudnya.Dengan kata lain, tidak masalah jika Rossa yang mengatakan ingin cerai. Namun, jika Arman tidak mau bercerai dan tidak ma

"Kamu berani?""Coba saja lihat, aku berani atau nggak?"Rossa menatap langsung Arman tanpa sedikit pun keraguan.Keluarga Naratama adalah kelemahan Rossa, sementara Fera adalah kelemahan Arman. Jadi, tak ada yang bisa menyalahkan siapa pun.Waktu berlalu detik demi detik. Ketegangan terus berlangsung tanpa ada yang mengalah.Akhirnya, Rossa mulai kewalahan, karena dia tahu pria ini terlalu menakutkan. Rossa juga tidak tahu, apa sebenarnya yang menjadi sandera Arman di tangan Keluarga Damara.Mengingat situasi Keluarga Naratama saat ini, Rossa pun berkata, "Arman, ayo kita negosiasikan syarat-syaratnya.""Kamu nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku."Wanita ini ternyata berani mengancamnya dengan Fera. Tatapan Arman pada Rossa sedingin es, seakan bisa membekukan segalanya.Rossa pun langsung menoleh dan berteriak, "Pak Wondo…"Sialan!Arman mengepalkan tinjunya di sisi tubuhnya. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Apa syaratnya?"Rossa menoleh dengan penuh kemenangan. "Kalau d