Semua Bab Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat: Bab 21 - Bab 30

Sebelum kepala pelayan itu bisa menyelesaikan kata-katanya, dia sudah melihat adegan di dalam ruangan. Kepala pelayan itu pun buru-buru menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku akan segera keluar."Dia bergegas keluar dan menutup pintu dengan penuh perhatian.Bibir wanita itu lembut dan kenyal, rasanya bahkan lebih manis dari yang dibayangkan Arman. Awalnya, Arman hanya terbawa oleh dorongan sesaat. Namun, kemudian dia seperti ketagihan, teringat kembali akan kegilaan malam pertama mereka.Malam itu pun Arman cukup gila, menginginkannya lagi dan lagi. Meski dikendalikan efek obat, sensasinya masih terasa jelas dalam tubuhnya.Saat Arman sedang tenggelam dalam kenangan itu, tiba-tiba bibirnya terasa sakit. Arman pun langsung melepaskan orang di hadapannya.Begitu mengangkat tangan dan mengusap, ujung jari Arman berlumur merah darah.Rossa yang baru saja dipeluk begitu erat hingga tak bisa bergerak, sudah menggigit Arman untuk menghentikannya. Kini, melihat darah itu, meski tidak menyesal

Senyum Rossa langsung memudar dan dia pun berkata dengan sungguh-sungguh, "Baiklah, akan pergi melihatnya."Sebelumnya, Rossa hanya berpikir untuk hidup sebagai anak orang kaya yang manja. Rossa sama sekali tidak peduli dengan urusan bisnis. Tidak seperti Yunika. Lantaran Keluarga Andara tidak memiliki anak laki-laki, sejak kecil Yunika sudah dipersiapkan dan dididik sebagai pewaris keluarga.Yunika memiliki akses informasi yang cukup luas.…Lelang barang antik itu diadakan di sebuah perkebunan pribadi.Di dalam sebuah bangunan kuno bergaya klasik, terdapat taman dengan batu buatan dan aliran air. Suasananya mirip seperti halaman belakang rumah pejabat kuno di drama-drama kuno.Berdasarkan statusnya sebagai istri Arman, Rossa pun dibawa masuk ke lokasi lelang.Tempat itu mirip ruang tamu, tetapi di dalamnya tidak ada perabotan. Hanya penuh dengan meja dan kursi.Di sampingnya, ada ruangan kecil yang disekat dengan layar.Rossa memilih duduk di posisi yang agak ke belakang. Dia datang

"Maksudmu Kak Galang?" Rossa tertegun."Heh." Pria itu mencibir. "Sampai memanggilnya Kakak segala.""Kenapa memangnya kalau memanggilnya 'Kakak'? Fera juga memanggilmu 'Kakak' dan kulihat kamu senang-senang saja."Rossa memang tidak tahan melihat Arman senang. Begitu ada kesempatan pasti ingin menyakitinya."Rossa, aku ingat, aku pernah bilang padamu kalau sebelum kita bercerai, kamu nggak berhak untuk menyelingkuhiku."Rossa tahu bahwa Arman sudah salah paham. Namun, mengapa dia harus menjelaskan?Rossa pun tidak mau kalah dan berkata, "Kamu sudah terang-terangan menyelingkuhiku. Apa salahnya kalau aku menyelingkuhimu?""Akan kubunuh pria itu!" Arman terlihat murka. Kata-katanya terdengar seperti desisan di sela-sela giginya.Rossa tertawa dingin, "Kalau begitu, bukankah seharusnya aku sudah membunuh Fera sejak dulu?""Jangan libatkan Fera dalam urusan kita berdua.""Kalau begitu, kamu juga jangan bawa-bawa Kak Galang."Sejak menikah, Arman sudah sering merasakan betapa tajamnya mulu

Rossa langsung mandi dan hampir tertidur. Dia memaksakan diri untuk terjaga. Namun, begitu berbaring, Rossa tidak bisa bangun lagi.Belakangan ini entah kenapa, tubuh Rossa sangat mudah lelah.Hampir setiap kali menyentuh bantal, Rossa langsung tertidur.Tengah malam, Rossa samar-samar mendengar suara, tetapi tidak bisa benar-benar bangun. Rossa menduga itu mungkin Arman yang sudah pulang. Namun, Rossa memilih untuk kembali tidur karena lebih baik tidak perlu menyapa. Rossa pun lalu kembali tertidur.Tiba-tiba, Rossa membuka matanya dan menatap pria yang menindih tubuhnya.Di dalam kegelapan, Rossa masih bisa merasakan tatapan yang seolah-olah berasal dari serigala pemburu itu."Arman."Rossa memanggil nama itu dengan sedikit kesal, "Kamu ini sebenarnya mau apa?"Lalu, Rossa mulai meronta sekuat tenaga."Jangan bergerak." Suara Arman terdengar serak, seakan dia sedang berusaha menahan sesuatu. Sambil menggertakkan giginya, Arman berkata, "Kalau kamu terus bergerak, aku nggak bisa jamin

"Cerewet." Arman mendengus dingin. Dia sama sekali tidak memercayai omongan wanita itu.Dengan susah payah, Arman berusaha untuk bangun. Kepalanya terasa agak pusing.Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah terkena flu. Tak disangka mandi air dingin kemarin malah membuatnya sakit.Rossa saat ini benar-benar enggan berada di ruangan yang sama dengan pria itu. Dia merasa tidak nyaman dan benar-benar ingin segera menjaga jarak dengan jelas.Rossa pun berkata dengan acuh tak acuh, "Karena Pak Arman sudah nggak apa-apa, aku pergi dulu.""Matamu yang mana, yang melihatku baik-baik saja?" Arman tiba-tiba merasa amarahnya tidak bisa dibendung. "Kamu nggak lihat aku sedang flu?"Sebelum menikah, wanita ini tiap hari tanpa malu-malu mengekor di belakangnya, seperti lalat yang tidak bisa diusir dan selalu sok perhatian menanyakan kabar.Sekarang setelah dia benar-benar sakit, malah bersikap seperti orang buta, pura-pura tidak melihat apa-apa.Entah kenapa, hati Arman terasa sesak. Bahkan, ada sedik