All Chapters of Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat: Chapter 51 - Chapter 60

Mengingat sikap sombong pria itu, yang bahkan tidak mau bicara sebentar padanya, Rossa pun menggertakkan giginya dan berkata, "Malam ini aku akan kembali dan tanyakan padanya, apa sebenarnya maksudnya.""Baiklah," kata Hardi sambil menghela napas. "Kalau kamu benar-benar ingin cerai, kontrak ini juga bisa ditolak.""Ayah, karena sudah ditawarkan pada kita, kita harus menerimanya. Cerai sekarang atau nanti, nggak ada bedanya."Mana mungkin Rossa menolak harapan hidup Keluarga Naratama? Tidak peduli apa pun rencana licik dan tujuan Arman, Rossa akan terima semuanya. Semua itu bukan karena Rossa tidak ingin sombong, tetapi memang tidak mampu untuk bersikap sombong.…Sore harinya, Rossa kembali ke vila.Awalnya, Rossa berniat tunggu Arman pulang untuk bicarakan semuanya baik-baik. Akan tetapi, hingga pukul sembilan malam, hujan deras turun di luar dan masih belum ada tanda-tanda kepulangan pria itu. Sementara itu, tubuh Rossa sudah mulai kelelahan dan hampir tertidur.Akhir-akhir ini, ras

Arman muncul hanya dengan mengenakan jubah tidurnya. Dia segera menutup pintu di belakangnya saat berdiri di hadapan Fera.Lantaran keluar dengan tergesa-gesa, jubah tidurnya hanya diikat seadanya di pinggang, sehingga memperlihatkan sebagian kecil dadanya. Aroma maskulin yang kuat langsung menyeruak, membuat wajah Fera sedikit memerah dan napasnya juga jadi agak memburu."Ada apa?" Arman berkata dengan nada sedikit tidak sabar saat melihat Fera hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa.Fera pun kembali tersadar. Wajahnya memerah dan dia berkata dengan malu-malu, "Maaf Kak Arman, aku nggak bermaksud mengganggumu dan Bu Rossa. Hanya saja...""Hanya apa?""Apa kamu marah padaku, karena aku datang ke sini mencarimu?" tanya Fera dengan nada cemas. Lalu, Fera buru-buru menambahkan, "Aku nggak bermaksud apa-apa, aku cuma terlalu merindukanmu."Fera masih mengenakan pakaiannya yang basah. Arman melirik sekilas, lalu mengerutkan kening. "Mandilah dan ganti baju dulu.""Aku... aku nggak punya baj

Begitu melihat Arman, mata Fera langsung berbinar. Dia segera menyingkirkan selimut, berlari tanpa alas kaki dan langsung membenamkan kepalanya dalam pelukan Arman."Kak Arman, akhirnya kamu datang. Aku takut banget."Kepala pelayan yang berdiri di belakang bersama para pelayan merasa agak canggung melihat adegan itu. Lalu, dia pun diam-diam mundur bersama yang lainnya.Arman hanya berdiri di sana, membiarkan Fera memeluknya, sementara matanya yang dalam menatap Fera dengan penuh selidik. Suara Arman terdengar dingin dan datar, "Kamu takut apa?"Fera yang kepalanya terkubur dalam pelukan Arman, tidak menyadari tatapan itu. Dengan suara gemetar penuh ketakutan, Fera berkata, "Aku mimpi buruk. Aku mimpi kamu nggak menginginkanku lagi."Arman tetap diam."Kak Arman, aku cuma punya kamu seorang. Kamu tahu itu. Kamu adalah satu-satunya sandaran dan orang yang paling kupedulikan di dunia ini. Tanpa kamu, aku nggak bisa hidup."Fera menangis dengan sedih dan pilu. Namun, di balik matanya yang

Kalimat terakhir itu, diucapkan Rossa dengan nada agak menyindir.Di kehidupan sebelumnya, apa pun kesalahan yang dilakukan Fera, cukup dengan kalimat "hanya karena cinta", sudah cukup untuk memaafkannya."Kalau nggak tidur, keluar saja!" kata Arman dengan dingin.Rossa mengerucutkan bibirnya. Seperti yang sudah diduga. Begitu sebut nama Fera, langsung menyentuh titik sensitif pria ini. Bahkan, sebut namanya saja tidak boleh.Sudahlah, Rossa juga tidak penasaran lagi. Lebih baik fokus jaga tubuhnya sendiri.Rossa memejamkan matanya dan kembali terlelap.Paruh malam berikutnya akhirnya berlalu tanpa insiden, membuat Rossa tidur nyenyak sampai pagi, meskipun bangunnya agak lebih siang dari biasanya.Sofa tempat Arman tidur, sudah tidak ada orang, tetapi Rossa sudah menduganya. Setelah mandi dan berganti pakaian, hari ini Rossa berencana pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Seharusnya sekarang sudah bisa dideteksi.Baru saja Rossa turun ke lantai bawah, Fera sudah langsung mendek

"Uhuk, uhuk…" Fera tersedak hingga ingus dan air matanya mengalir di wajahnya. Dia terlihat sangat kacau.Belum sempat bicara, Fera sudah mendengar ucapan Rossa yang memutarbalikkan fakta. Fera pun buru-buru berkata, "Ar... uhuk, uhuk... Kak Arman, bukan gitu. Aku bukan ingin berenang. Tapi, Rossa yang...""Benar, aku melihatmu begitu panik sampai hampir tenggelam, jadi aku menyelamatkanmu. Kamu nggak perlu berterima kasih padaku."Rossa dengan santai memotong ucapan Fera. Namun, kemudian Rossa mendekat ke telinga Fera dan berbisik dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Di atas kepalamu ada kamera pengawas."Fera melirik ke atas. Benar saja, dia melihat sebuah kamera pengawas yang mengarah langsung ke kolam renang.Kata-kata yang sudah sampai di ujung lidahnya pun ditelannya kembali.Fera hanya menatap Rossa dengan tatapan penuh kebencian yang mendalam.Sebenarnya, di kehidupan sebelumnya juga ada kamera pengawas. Akan tetapi, saat itu Rossa sudah putus asa dan sama