All Chapters of Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat: Chapter 41 - Chapter 50

Rossa dan Galang menjemput Charlie, seorang pria asing yang datang untuk beli barang, di bandara. Charlie adalah pria Negara Maila berusia tiga puluhan tahun, berambut pirang dan bermata biru dengan wajah yang tampan.Mereka dengan hangat dan penuh perhatian mengajak Charlie berkeliling pabrik dan makan, sebelum mengantarnya ke hotel.Awalnya, rencananya adalah mengantar Charlie ke hotel terlebih dahulu. Namun, rupanya tamu itu lebih antusias dibanding Rossa. Dia minta lihat pabrik terlebih dahulu. Selama kunjungan, ekspresi wajahnya terlihat begitu puas. Hanya saja, harga dan jumlah barang masih belum disepakati.Namun, Rossa merasa harapannya cukup besar.Saat berpisah dengan Galang, Rossa berkata dengan penuh rasa terima kasih, "Terima kasih banyak untuk urusan ini. Setelah semua urusan selesai, aku akan mentraktirmu makan.""Saling bantu satu sama lain. Kalau soal traktiran, aku nggak akan sungkan loh."Rossa terus menganggukkan kepalanya. "Jangan sungkan deh."Begitu Galang pergi,

Arman tiba-tiba tersentak, menyadari bahwa dirinya sudah mengembangkan hasrat yang kuat pada Rossa.Rossa yang tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Arman, berkata dengan acuh tak acuh, "Aku nggak tahu gimana sifatmu dan nggak ingin tahu. Aku cuma ingin jaga jarak seperti sebelumnya, sampai kita bercerai."Rossa tidak ingin lagi terlibat dengan Arman. Pelajaran pahit dari kehidupan sebelumnya tidak akan diulanginya lagi di kehidupan ini.Di kehidupan ini, Rossa hanya ingin melindungi keluarganya dengan baik dan bercerai dengan Arman. Setelah itu, apa pun yang ingin dilakukan Arman dengan Fera, itu bukan urusan Rossa lagi. Tidak akan ada hubungan apa pun antara Rossa dan Arman.Rossa hanya ingin mengubah jalan hidup mereka yang saling bersinggungan menjadi dua garis yang sejajar."Jaga jarak?" Arman kembali sadar, mendengus dingin dan berkata dengan nada meremehkan. "Jangan lupa, semua yang terjadi hari ini akibat perbuatanmu sendiri.""Karena itu, aku sudah kena hukumannya."Kila

Arman sedang konferensi video, ketika seseorang menerobos masuk. Dia pun langsung mengerutkan kening.Arman berkata kepada orang di seberang layar komputer, "Rapat ditunda sepuluh menit."Kemudian, Arman menutup laptopnya dan membentak Rossa dengan wajah sedingin es, "Siapa yang mengizinkanmu masuk?!"Rossa sama sekali tidak peduli. Dia langsung berjalan menghampiri Arman, lalu bertanya dengan dingin, "Aku tanya padamu, kerja samaku dengan pabrik luar negeri yang gagal, itu ulahmu, 'kan?""Pak Arman..." Pak Ronny yang berdiri di depan pintu tampak kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa.Arman melambaikan tangan ke arah Pak Ronny.Pak Ronny mengangguk, lalu keluar dan menutup pintu di belakangnya."Bicara soal bisnis, ya bicara soal bisnis. Rossa, kamu harus sadar siapa dirimu." Wajah Arman tampak dingin.Rossa tertawa kesal. "Tentu saja aku tahu siapa diriku. Justru karena itu aku rela menahan diri demi kamu. Tinggal bersama, punya anak, semua itu aku turuti. Tapi, sekarang aku k

"Kamu bilang apa?" Hardi tampak terkejut.Rossa juga tahu bahwa keputusannya ini sangat tiba-tiba. Sebelumnya, saat dia maksa ingin nikah sama Arman, Hardi sudah bersusah payah agar pernikahan itu bisa terlaksana.Sekarang, baru sebulan menikah, Rossa sudah mengajukan cerai.Rossa merasa sangat gelisah. Dia mengira ayahnya akan marah besar dan bahkan sangat murka.Namun, di luar dugaan, setelah terdiam beberapa saat, Hardi berkata, "Cerai juga nggak apa-apa.""Ayah." Rossa menengadah dengan terkejut."Keluarga Naratama sudah hancur. Kamu juga nggak akan bisa bertahan di keluarga kaya seperti itu. Lebih baik cerai dan pergi ke luar negeri.""Ayah." Rossa tidak bisa menahan diri lagi. Dia menghambur ke pelukan ayahnya. Air mata mengalir di wajahnya. "Terima kasih. Meski aku begitu keras kepala, Ayah nggak salahkan aku."Hardi mengusap kepala Rossa dan berkata, "Sudahlah. Kamu itu putri Ayah. Mana mungkin Ayah salahkan kamu?"Hati Rossa terasa hangat. Di dalam hatinya, dia kembali bersump

"Bukankah kamu marah padaku karena masalah kontrak ini?" tanya Arman dengan datar.Rossa merasa agak bingung.Dia marah?Mengingat kejadian sebelumnya di kantor Arman, Rossa memang sempat marah. Namun, saat itu Rossa benar-benar sangat kesal.Lagi pula, Rossa sudah memikirkan semuanya dengan matang. Lantaran dia sudah lama memutuskan untuk bercerai dengan Arman, jadi untuk apa terus menunda-nunda?Hanya saja, entah mengapa, kata-kata itu terdengar agak aneh saat keluar dari mulut Arman.Seolah-olah seperti pasangan suami istri muda yang baru saja bertengkar, lalu sekarang sang suami sedang mencoba bujuk istrinya.Akan tetapi... mana mungkin itu terjadi?"Arman, apa kamu..." Sudah tidak waras?"Karena kontraknya sudah dikirim, malam ini pulanglah ke rumah." Arman langsung menyampaikan maksudnya.Rossa tidak mampu berkata-kata.Hardi menatap dengan curiga. Tatapan itu membuat Rossa tidak tahu harus bersikap bagaimana."Ayah, aku masih ada rapat hari ini, jadi aku pamit dulu," ucap Arman