All Chapters of Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat: Chapter 61 - Chapter 70

Begitu mendengar kata-kata tersebut, Arman segera melambaikan tangan dan memberi perintah, "Kalian semua keluar, jangan ada yang mendekat."Para pelayan pun segera pergi dan menutup pintu di belakang mereka."Kak Arman." Fera mengadu. "Barusan, Bu Rossa bilang aku merebutmu darinya. Dia mau membunuhku. Kalau bukan karena kamu datang tepat waktu, mungkin aku sudah nggak bisa lagi bertemu denganmu."Wajah Arman langsung membeku. Dia menarik Fera keluar dari pelukannya dan bertanya, "Dia benar-benar bilang mau membunuhmu?""Hmm." Fera menganggukkan kepalanya berulang kali. "Itulah yang dia katakan waktu itu."Wanita itu ternyata ingin membunuh Fera karena dirinya. Hati Arman yang semula seharusnya merasa tidak senang, entah mengapa justru timbul sedikit rasa bahagia."Dia bahkan mengancamku, menyuruhku untuk nggak beri tahu siapa pun, agar kamu nggak malu. Aku nggak membongkarnya, karena takut nama baikmu akan tercemar. Kak Arman, kamu harus lebih hati-hati ke depannya."Fera berbicara sa

"Kalau bukan cemburu, lepaskan!"Rossa mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh pria itu dan berusaha melepaskan diri.Namun, dia tidak bisa melepaskan diri.Arman mencengkeram pergelangan tangan Rossa. Pergelangan tangan wanita itu mungil dan ramping, seakan bisa patah hanya dengan sedikit tekanan. Akan tetapi, kulitnya begitu halus dan lembut, sampai-sampai Arman tidak sanggup melepaskannya."Lepaskan!" Rossa marah dan langsung menginjak punggung kaki pria itu.Arman mengernyit kesakitan. Namun, dia tetap tidak melepaskan cengkeramannya. Arman lalu menatap tajam ke arah Rossa dan berkata, "Kamu belum jelaskan, kenapa kamu bisa muncul di sini bersama pria itu?""Emang ini ada hubungannya denganmu?""Tentu saja ada hubungannya," ucap Arman dengan nada marah yang tertahan di dada. "Jangan lupa, kamu itu istriku.""Tentu saja aku ingat kalau kita belum bercerai. Tapi, sepertinya justru Pak Arman yang sudah lupa kalau kamu itu suamiku."Wajah Arman langsung jadi dingin. "Mana mungkin

Galang menghela napas lega mendengarnya. Raut wajahnya sedikit melembut."Kamu masih muda. Nanti setelah cerai masih bisa memulai kembali.""Kita bicarakan nanti saja." Rossa tidak tertarik. Perhatian utamanya saat ini adalah keluarganya. Soal cinta, setelah merasakan pahitnya sebelumnya, dia tidak akan memaksakan lagi.Lagi pula, Rossa sendiri juga tidak yakin apakah masih memiliki kemampuan untuk mencintai."Ya, kita lihat saja nanti." Galang juga setuju dengan kata-kata Rossa, meski nada suaranya masih diwarnai kekhawatiran. "Aku tahu, aku nggak seharusnya mengatakan ini. Tapi, kamu sekarang sedang mengandung...""Arman nggak tahu." Rossa dengan cepat memotong ucapan Galang. "Cuma kamu yang tahu soal ini dan aku harap kamu bisa merahasiakannya.""Kenapa nggak beri tahu dia?"Rossa menunduk dan menyentuh perutnya yang masih rata. Tatapannya yang awalnya lembut, berubah jadi dingin dan tajam saat berkata, "Dia nggak pantas mendapatkannya."Galang sedikit terguncang. Dia tampak terkeju

Hardi mengangguk dan mengingatkan Rossa untuk berhati-hati di jalan saat mengemudi.Akan tetapi, Hardi tidak tahu bahwa Rossa sama sekali tidak mengemudi lagi. Sejak terlahir kembali, karena bayang-bayang trauma dari kecelakaan mobil fatal di kehidupan sebelumnya, Rossa tidak pernah lagi menyetir mobil. Jika pergi ke luar, Rossa akan meminta sopir keluarga untuk mengantarnya, atau menggunakan Grab.Sekarang ini, menggunakan Grab memang lebih praktis. Meskipun tempat ini berada di pinggiran kota, lalu lintasnya cukup ramai. Jadi, Rossa tidak khawatir tidak mendapat mobil.Rossa berjalan ke gerbang pabrik dan memesan mobil Grab. Dia perlu menunggu beberapa menit.Belum sampai satu menit, sebuah mobil berwarna hitam sudah berhenti di depan Rossa.Seorang sopir berambut pirang, mengenakan topi dan masker, turun dari mobil dan berjalan menghampiri Rossa."Mobilnya datang secepat ini?" Rossa merasa heran dan berjalan ke belakang mobil untuk melihat pelat nomornya.Begitu melihat pelat nomorn

Pria ini muncul di hadapannya bagaikan dewa.Jantung Rossa mulai berdebar kencang.Bahkan, Rossa merasakan sedikit rasa takut.Rossa takut terjebak dalam perangkap ini lagi.Arman merasa ada yang tidak beres dengan Rossa saat ini. Dia segera memberi perintah pada Doddy, "Cepat bereskan dia!""Baik, Pak Arman."Setelah berkata seperti itu, Arman langsung menggendong Rossa keluar.Suasana di tempat itu sangat ramai. Banyak orang berkumpul menonton. Namun, ketika melihat wajah Arman yang sedingin es, ditambah aura kuat yang memancarkan tekanan besar, semua orang merasa terintimidasi, sehingga tidak ada yang berani mendekat.Saat itu, wajah Arman tampak dingin dan tegas, seakan baru saja keluar dari neraka, dengan aura menekan yang membuat orang sulit bernapas.Namun, Arman sangat berhati-hati melindungi wanita di pelukannya, seolah sedang menggendong harta karun yang sangat berharga.Setelah meninggalkan hotel kecil itu, Arman menggendong Rossa ke dalam mobil dan mendudukkannya di pangkua