All Chapters of Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat: Chapter 71 - Chapter 80

Rossa benar-benar ingin memutuskan hubungan dengannya.Meskipun sangat kesal, Arman tetap menuruti permintaan Rossa. "Dia nggak di rumah.""Malam-malam gini, kenapa Bu Rossa belum pulang?" Nada suara Fera penuh kekhawatiran. "Gimana kalau terjadi sesuatu yang berbahaya padanya?"Rossa sedikit memicingkan matanya. Tampak kilatan tajam dan ganas di dalam matanya.Ternyata benar, itu Fera.Kali ini, Rossa yakin. Tidak perlu bukti lagi."Benar. Dia itu gadis, sebaiknya cepat pulang saat sudah malam." Arman setuju dengannya. Namun, mata Arman yang dalam, menatap Rossa dengan pandangan yang seakan menyimpan maksud tertentu.Rossa tidak menghiraukannya.Rossa tidak punya musuh dan tidak pergi ke tempat sembarangan, mana mungkin menemui bahaya. Semuanya hanyalah jebakan dari orang yang punya niat tertentu.Melihat Rossa masih tampak tidak menyesal, Arman pun mulai merasa kesal. Bahkan, suara lembut Fera di telinganya juga terasa mengganggu. Arman tidak ingin lagi berurusan dengan semua ini."F

Arman langsung mengulurkan tangan dan menyentuh wajah yang terluka itu."Sshh!" Rossa tersentak kesakitan dan refleks menepis tangan Arman. "Kamu mau ngapain?""Aku kira kamu nggak merasa sakit." Pria itu mendengus dingin.Barulah Rossa menyadari bahwa pertanyaan pria itu barusan, ternyata maksudnya seperti itu. Rossa pun merasa sedikit canggung.Lantaran kejadian sebelumnya terlalu menegangkan, setelah diselamatkan oleh Arman, pikiran Rossa masih tidak tenang, sehingga rasa sakit di wajahnya malah tidak terasa. Namun, sekarang setelah diingatkan tadi, rasanya seperti efek obat biusnya sudah habis. Pipi Rossa jadi terasa panas dan perih.Ketika Rossa ingin mengatakan sesuatu, sebelum bisa mengucapkan sepatah kata pun, Arman langsung berbalik dan pergi.Rossa pun tidak mampu berkata-kata.Pergi malah lebih baik. Rossa jadi tidak perlu khawatir lagi.Begitu Arman pergi, Rossa segera membawa pakaiannya masuk ke kamar mandi. Dia mandi dengan bersih untuk menghilangkan perasaan mual karena

Rossa pun berkata dengan dingin, "Kalau kamu takut aku menyakiti Fera, sebaiknya selesaikan urusan dengan Keluarga Damara dan ceraikan aku secepatnya. Itu solusi terbaik untuk kita berdua. Lagi pula, kalau aku sampai selingkuh, itu juga karena kamu sendiri yang membuatnya terjadi. Kamu nggak berhak mencelaku dan mengomentariku. Sekarang, tolong keluar. Aku merasa terganggu melihatmu.""Bagus sekali." Arman langsung tertawa karena kesal pada wanita ini. Namun, di matanya memancar amarah yang meluap-luap. "Rossa, ingat baik-baik apa yang kamu katakan hari ini. Jangan sampai kamu menyesal nanti.""Aku nggak akan menyesal," jawab Rossa dengan tegas.Mana mungkin dia menyesal? Yang paling disesalkan Rossa justru karena dia dahulu tidak pandai menilai. Lalu, saat terlahir kembali juga tidak memilih waktu yang tepat. Ternyata terlahir kembali tepat di malam pernikahan.Arman adalah orang yang begitu arogan dan sudah memegang kekuasaan besar untuk waktu yang lama. Kecuali sedikit rasa segan ke

"Di mana?""Apa Bu Rossa khawatir dia akan mengganggu Anda lagi? Tenang saja. Kalau dia ditahan, dia nggak akan bisa keluar." Doddy menjelaskan dengan penuh perhatian.Jika tidak bisa keluar, bukankah masalahnya selesai? Biasanya, jika orang tergoda oleh wanita, kasusnya akan ditangani sebagai penculikan dan pelecehan seksual.Sebenarnya ada sesuatu di balik masalah ini. Rossa baru saja ingin menceritakan temuannya. Namun, karena Doddy adalah anak buah Arman, jika Doddy tahu, berarti Arman juga akan tahu. Jadi, urusan ini harus ditangani Rossa sendiri."Aku mengerti. Aku cuma ingin memastikan dia ditangani dengan baik. Tapi, kamu harus memberitahuku di kantor polisi mana dia ditahan."Tanpa pikir panjang, Doddy pun langsung mengatakannya.Rossa mencatatnya dalam hati sebelum mendorong pintu ruang perawatan dan masuk.Rossa melihat Arman setengah bersandar di tempat tidur. Dahinya dibalut perban dan satu tangannya digips. Arman tampak cukup menyedihkan.Mendengar suara, pria itu membuka

"Kamu sebenci itu padaku?" Nada suara Arman terdengar lembut, seolah sedang memastikan sesuatu.Mendengar itu, Rossa justru tertawa kecil. Rossa lalu menoleh dan menatap Arman dengan tatapan sinis. "Kamu salah, ini bukan benci."Entah mengapa, Arman merasa sedikit lega di dalam dada. Tekanan di hatinya juga terasa sedikit mereda.Namun, sebelum Arman benar-benar rileks, dia mendengar suara Rossa tiba-tiba menjadi sedingin es. "Itu adalah dendam!"Dendam karena di kehidupan sebelumnya, Arman menyakiti anaknya demi Fera, dendam karena Arman mengakuisisi Keluarga Naratama hingga Hardi melompat bunuh diri. Lalu, lebih dari itu, dendam karena Arman membiarkan Rossa mati sendirian dalam keputusasaan dan kesepian di rumah sakit.Wajah Rossa tampak tajam dan di balik bening matanya tidak terlihat sedikit pun cahaya.Arman tiba-tiba merasakan nyeri menyesakkan di dadanya. Seakan dia benar-benar sudah melakukan kesalahan besar yang tak terampuni pada Rossa.Namun, semua ini dari awal adalah pili