Semua Bab TOPENG MANIS SANG PEMBUNUH: Bab 21 - Bab 30

Ruben duduk di ruang kerjanya, lampu di atas mejanya redup, hanya menerangi kertas dengan deretan angka dan log transaksi yang disusun rapi.Ia menatapnya lama. Terlalu rapi. Terlalu bersih.Itu justru masalahnya.Ruben tahu, dunia kriminal tidak mengenal kata sempurna. Dalam sistem keuangan yang gelap, bahkan orang paling berhati-hati pun akan meninggalkan serpihan debu. Tapi kali ini?Ruben menatap layar laptopnya dengan fokus yang hampir ritualis. Ervin anak baitnya di kampus Hera, baru saja mengirim log feed transaksi mikro yang dipasang di mesin perbendaharaan IT Kampus. Biasanya hal itu hanya berisi pembayaran wifi, listrik, beberapa uang kuliah yang masuk di luar tanggal seharusnya. Tapi malam itu ada pola yang membuat indera pemburunya berdiri.Ervin mengirim pesan ke ponselnya.Ada tiga transaksi aneh masuk dari terminal F-03. Waktu: 19:19, 19:19, 19:19.Semua ke akun 449-3-Valentino, nominal kecil.Ruben menaruh kopinya, jari-jari mengetuk meja. Dia sudah melihat pola seru

Musim gugur tahun itu dingin di Wina.Leli baru lima bulan menjalani program riset pascasarjana ketika profesor senior, Lucian Vargos, memintanya datang ke ruang dosen selepas jam kuliah. Saat Leli bertanya ia hanya menjawab. “Aku butuh seseorang yang bisa dipercaya.”Kepercayaan, pikir Leli, itu adalah kata yang aneh untuk seorang dosen asing yang baru mengenalnya beberapa minggu. Tapi ia mengesampingkan semua keraguannya.Dan tetap pergi kesana saat itu.Di ruang Lucian yang sepi, ada satu buah Personal Computer menyala di atas meja kerjanya. Lucian duduk di balik komputer itu, sementara layar menampilkan deretan grafik dan angka yang cukup rumit untuk urusan kampus.“Ini bukan data eksperimen biasa,” katanya tanpa menoleh. “Ini... simulasi ekonomi manusia.” Ucap Lucian VargosLeli mengernyit. “Ekonomi manusia?”Lucian menatapnya lama, lalu tersenyum mengejek.“Kau punya otak yang tajam, Leli. Jangan buat dirimu bodoh. Dunia ini dikendalikan oleh dua tipe manusia, siapa yang menceta

Ponselku hampir meledak, sekitar pukul empat pagi. Bukan karena alarm, melainkan deretan notifikasi dari grup chat kelas yang biasanya penuh dengan stiker dan meme bodoh. Kali ini, berisi tautan blog dan ribuan komentar panas disana.Aku melihat fotonya, foto Hera. Tepatnya, foto yang diambil secara sembunyi-sembunyi, buram, tetapi cukup jelas untuk dikenali. Dan di bawahnya, judul mengerikan itu.Tubuhku lemas, lututku menyentuh lantai dingin kamar kos. Ini bukan hanya gosip murahan. Ini adalah eksekusi karakter yang dilakukan secara terencana. Dan pelakunya… Leli Anindya. Aku membaca namanya di kolom ‘sumber informasi’ yang tertulis samar-samar. Dosen structure kami. Sungguh ironis.Pikiranku langsung tertuju pada Hera. Bagaimana ia bisa menghadapi ini? Aku buru-buru mematikan notifikasi, tahu betul bahwa membaca setiap caci maki itu sama saja dengan menimpakan beban batu ke punggung Hera.Saat aku tiba di kampus sedikit terlambat, hari hujan rintik-rintik, aku berniat mencari Hera

"Kau tidak sedang bercanda?" Hera mulai gusar, ia menatap mata Ruben dengan serius."Tidak" Sahut Ruben datar."Apakah kau sedang merekam kita berdua?" Hera menunjuk Layar Monitor"Satu-satu nya orang yang punya akses penuh dalam hidupku adalah kakekmu""Kau serius?" Hera menyilangkan kedua tangannya "Lalu bagaimana dengan LUMINA?"Ruben terdiam."Jawab aku" Mata Hera berair tidak terkontrol "Apakah LUMINA itu hanya rekayasa gila? ""Tidak, kau boleh bertanya hal lainnya selain itu""Kenapa?""Kakekmu yang memerintahkan LUMINA ada, untuk mengontrol mu" Ruben mulai tak sabar. Ia menjelaskan dengan nada tinggi."Untuk apa?"Ruben melempar kepalanya kebelakang, ia menghela nafas panjang. "Ia ingin kau patuh dan tidak lari seperti ibumu""Apa?? Kakek macam apa yang sudah menelantarkan anaknya selama bertahun-tahun?""Dia tidak seperti yang kau tuduhkan Hera, kami berusaha mencari kalian""Kau?" Hera memberikan tatapan menyelidik."Maksudku, kakekmu sudah mencari kalian bertahun-tahun yang

Selama bertahun-tahun, Hera mengira hidupnya hanya terpaku pada pencarian nafkah tanpa akhir, dan menjalani kehidupan yang membosankan sampai mati, Sampai akhirnya Ruben datang dalam hidupnya, seorang pria asing yang semula mengancam akan menjebaknya hingga membuatnya merasakan kengerian yang sebenarnya, lalu setelah semua keanehan itu, pria itu akhirnya mengaku bekerja atas perintah kakeknya, dia membawa potongan puzzle dengan lambang-lambang yang sama seperti di dokumen ibunya.Satu persatu semua rahasia ibunya, terjawab oleh pria di hadapannya. Hera pun merasa bingung dengan perasaan gilanya. Ia tergoda dengan tatapan dan misteri yang ditawarkan Ruben padanya, Ruben datang dengan vibe yang berbeda dengan Damar. Damar adalah pria masa lalu Hera yang terlihat nyata dan tergapai, tapi Ruben, dia menawarkan sebuah pesona gelap, samar dan tidak tergapai, hal itu membuat candu dalam hati Hera.“Ibumu memimpin proyek ini tiga puluh tahun lalu,” kata Ruben pelan, suaranya bergema di antara