Semua Bab SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK : Bab 11 - Bab 20

Marcel menunggu sang Oma bicara. Pria itu sama sekali belum menyadari keberadaan Farah yang dari tadi berdiri bagai patung yang tak dianggap."Oma hanya punya satu permintaan, yaitu melihatmu menikah, Peter. Karena cuma kamulah satu-satunya penerus kakekmu,” lirih sang nenek."A … apa? Oma mau melihatku menikah dengan siapa? Sedangkan sekarang saja, aku sama sekali tidak memiliki kekasih,” ujarnya Peter sangat kaget saat ini."Kamu akan menikah dengan gadis pilihan Oma. Farah mendekatlah," seru sang Oma.Seketika Peter mendongakkan kepalanya dan melihat tangan Omanya yang sedang mengenggam tangan seorang gadis, yang dari tadi berdiri di sebelahnya. Akan tetapi Peter sama sekali tidak menyadarinya."Ka … kamu!" ucap keduanya pelan.Keduanya sama-sama sadar pernah bertemu satu kali, saat di lampu merah. Saat itu Farah tidak sengaja menabrak bagian belakang mobil milik Peter."Apakah kalian saling kenal?" selidik sang Oma.Namun keduanya memilih diam dan tidak menjawab pertanyaan Oma Ta

Mobil Peter mulai memasuki kawasan apartemen elit itu. Farah sedikit terkesima dengan pemandangan di depannya. Gedung-gedung menjulang tinggi laksana raksasa yang ingin menerkam mangsanya.Peter lebih dulu turun dengan membawa dokumen pernikahan mereka. Sedikit pun dirinya tidak menoleh ke arah Farah."Kita sudah sampai Nona," ucap Asisten Leon."Ah ... iya, terima kasih." jawab Farah. Lalu keluar dari mobil yang pintunya telah dibuka oleh Asisten Leon."Mari Nona, silakan ikut saya," ujar Leon lagi.Farah pun mengikuti langkah Asisten Leon masuk ke dalam lobi apartemen itu. "Penthouse milik Mas Peter lumayan luas, ya?" gumamnya dalam hati.Mereka akhirnya sampai di depan penthouse itu. "Nona, tolong hafal angka-angka yang saya tekan ini," seru Asisten Leon kepada Farah, lalu dia mulai menekan enam digit nomor di bel pintu itu. Pintu pun terbuka, "Silakan masuk, Nona," serunya.Farah lalu masuk ke dalam penthouse itu. Dia semakin terkesima dengan interior bangunannya yang sangat k

Peter pun terbangun, dan melihat jika di sekelilingnya sudah rapi kembali. "Siapa yang membersihkan ruangan ini?" tanya dalam hati.Aroma masakan itu semakin menusuk indera penciumannya.Karena rasa penasarannya yang terlalu kuat, Peter pun melangkah ke dapur untuk melihat siapa yang sedang memasak.Langkahnya terhenti saat melihat jika Farah lah yang sedang memasak.Peter kembali ke sofa,Asisten Leon yang masih berada di tempat itu. Berinisiatif untuk mengambil satu botol air mineral dari dalam kulkas."Ini minuman untuk Anda, Tuan." ujar Leon."Siapa yang menyuruhnya memasak?" tanyanya lagi."Nona Farah sangat lapar saat ini, Makanya Nona memasak untuk makan malam. Tapi sebelumnya, Nona juga sudah minta izin untuk memakai dapur. Makanya Nona memasak untuk makan malam,” tutur Asisten Leon menjelaskan."Maaf jika saya lancang memberi Izin kepada nona untuk memakai dapur Anda, Tuan."Peter tidak menjawab dan memilih minum air yang diberikan Leon kepadanya. Bagaimana tidak, sepertiny

Farah masuk ke dalam kamar yang bersebelahan dengan kamar Peter. Tidak lupa, dirinya menyetel alarm di ponselnya karena besok dia harus ke kampus pagi-pagi benar. Pagi hari pun tiba, Farah yang sudah terbiasa bangun pagi, tidak menjadi masalah baginya untuk bangun cepat di pagi hari. Namun pagi ini, dirinya terlihat masih sangat mengantuk. Tapi dia mencoba untuk melawannya, karena Farah harus menemui dosennya di kampus pagi ini.Setelah mematikan alarm di ponselnya. Farah pun masuk ke dalam toilet untuk sekedar cuci muka dan menyikat giginya.Setelah itu, dia pun melangkah menuju ke lantai bawah. Saat melewati kamar suaminya. Farah sengaja menghentikan langkahnya dan menempelkan telinganya di pintu."Kok kamarnya terlihat sepi? Apakah Si beruang kutub itu, masih tidurkah?" gumamnya pelan."Sepertinya, iya. Lebih baik aku tidak mengganggunya. Pasti dia akan kembali menyuruhku melakukan hal-hal yang tidak masuk akal lagi,” jawabnya sendiri. Lalu Farah melangkah menuju ke lantai bawah

"Bagaimana gue nggak makan, spaghetti nya enak banget!" sahut sang sepupu."Tapi, spaghetti itu untuk Bos Peter, dodol!""Yaelah, Leon. Lo kan bisa order ulang. Lo belinya pakai aplikasi online kan? Apa susahnya sih, Lo tinggal pencet tuh ponsel Lo, buka aplikasi jual makanan online, sudah deh. Lo order ulang spaghetti itu. Sekalian gue nitip satu porsi lagi ya? Gue masih lapar nih," ujarnya santai."Woi, kutu kupret! Spaghetti bolognese itu bukan gue beli pakai aplikasi online!" kesal Leon. Dia pun bingung, bagaimana caranya nanti untuk menjelaskan semuanya kepada Peter."Terus Lo beli dimana? Di restoran apa? Di warteg kah? Atau di rumah makan Padang? Biar gue langsung meluncur ke sana untuk membelinya. Ntar biar gue saja yang bayar jatah sarapan untuk Bos Peter," ujarnya lagi. Kebetulan sepupu Leon juga sama-sama bekerja di perusahaan yang dipimpin oleh Peter, sebagai kepala keamanan di perusahaan besar itu.Saking kesalnya Leon pun berteriak."Spaghetti bolognese itu tidak dijual