Rafael berdiri di ambang ruang kerja, tubuhnya lurus, napas teratur, wajahnya seperti batu yang ditempa. Tangannya memegang sebuah ponsel berisi rekaman, pada layar ponsel tertera percakapan yang baru saja ia sadap, suara Seraphine, suara Alexei, rencana, tertawa dingin. Semua tertangkap jelas, tanpa celah. Drazhan memutar kursi kulitnya perlahan, menghadapi Rafael tanpa kata. Matanya hitam, gelap seperti jurang. Ketika Rafael meletakkan ponsel di meja, memutar rekaman itu, suara Seraphine terdengar jelas, janji, rencana kecelakaan, semua diatur olehnya. Pada akhir rekaman, tawa Alexei memenuhi udara, seperti sumpah yang hendak ditepati. Drazhan tidak berdiri. Ia hanya menatap layar beberapa detik, lalu menutup mata sejenak. Ketegangan itu bukan sekadar marah, ada sesuatu yang lebih primitif, pengkhianatan pada wilayahnya, ancaman pada orang-orangnya, pada rumahnya dan di antara semuanya itu, nama Alessia berdengung seperti senjata yang diarahkan pada jantungnya. Rafael berbicara
Terakhir Diperbarui : 2025-10-21 Baca selengkapnya