Dingin pagi merayap pelan, menyelinap lewat celah jendela gubuk tua itu. Lampu minyak berkedip redup, memantulkan rona pucat di wajah-wajah lelah yang berkumpul mengelilingi meja kayu. Alessia merasakan pusing dan sakit yang luar biasa tapi ia tetap mencoba untuk membuka matanya. Suara-suara yang semula riuh mendadak meredup. Semua menoleh. Hanya ada bunyi jarum jam yang berputar lambat dan suara hujan yang masih mengguyur di luar seperti iringan yang menunggu.Alessia membuka matanya, menatap sekeliling. Di hadapannya, Drazhan duduk terpaku, wajahnya pucat, tangan yang kemarin menekan lukanya kini memegang secangkir air dengan gemetar. Alexei berdiri di samping tempat tidur darurat, matanya hitam, lelah, penuh waspada, tetapi ada ruang kecil di sana yang menyimpan ketulusan. Rafael, Mikhail, dan Viktor menempel di bayangan, masing-masing membawa bekas luka yang tak mudah sembuh.“Alessia, kamu bangun,” suara Drazhan serak. Barang-barang kecil di sekitar mereka bergeser ketika ia be
최신 업데이트 : 2025-11-15 더 보기