Suara tetes air masih terdengar dari langit-langit batu, menciptakan ritme monoton yang menyayat kesabaran. Udara di penjara bawah tanah itu dingin dan lembap, menembus hingga ke tulang. Lampu kuning tua berayun pelan, menebarkan bayangan yang seolah hidup di dinding.Alexei duduk bersandar di dinding besi berkarat. Napasnya berat, bahunya masih berdarah, tetapi matanya menyala, bukan oleh amarah, melainkan tekad yang belum padam.Rafael, yang berada di sel sebelah, menatapnya dalam diam. Ia sudah tahu tanda-tanda itu, Alexei tidak akan diam.Dia sedang berpikir. Merencanakan sesuatu.“Aku tahu wajah itu,” kata Rafael pelan, memecah keheningan. “Kamu sudah menyiapkan sesuatu di kepalamu.”Alexei menatapnya dari sela jeruji. “Kamu pikir aku akan duduk manis sampai Drazhan memutuskan kapan aku harus mati?”Rafael tersenyum kecil, meski wajahnya dipenuhi lebam. “Kamu masih seperti dulu, keras kepala dan nekat.”“Dan kamu masih bodoh karena ikut aku,” balas Alexei, nadanya datar.Rafael t
최신 업데이트 : 2025-11-11 더 보기