“I wish I would never see her again. I hate my own fate.”Langit kelabu menutup sinar matahari, dan gerimis kecil menitik pelan di atas jendela kamar penthouse Leon. Aroma alkohol masih pekat di udara, bercampur dengan dingin sisa malam yang belum benar-benar hilang.Leon berdiri di depan jendela besar itu tanpa baju, hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam. Di tangannya masih tergenggam gelas wine yang belum habis. Di balik kaca, kota Frankfurt perlahan terbangun—mobil-mobil berlalu, pejalan kaki bergegas, tapi ia tetap diam.Seakan dunia terus berjalan, sementara waktunya berhenti.Suara pintu terbuka dari belakang.Dion, asisten pribadinya, masuk dengan langkah hati-hati.“Selamat pagi, Tuan,” ucapnya perlahan. “Saya sudah menyiapkan kopi dan jadwal meeting pagi ini, tapi—”“Batalkan semua,” potong Leon tanpa menoleh.Dion terdiam sejenak, lalu menunduk. Ia sudah terbiasa dengan sikap dingin tuannya, tapi hari ini… sorot mata Leon berbeda. Kosong, seperti pria yang kehilanga
Last Updated : 2025-10-25 Read more