Semua Bab Ah! Jangan Berhenti, Tuan Riven!: Bab 71 - Bab 80

"Bunda, tolong buatkan aku kopi ya, Bunda," bisik Riven dengan raut jahil. Elena berdecak sebal, rasa bahagianya sudah bercampur emosi kareja Riven terus memanggiknya bunda di setiap kesempatan. Hari cuti keduanya akhirya tiba, kini, mereka berencana untuk bersantai di taman belakang bersama Jay juga. Besok, rencananya mereka akan ke pantai. Menuruti keinginan Jay, yang sudah selalu merengek. Sementara Jay berada di taman, Elena di dapur menyiapkan camilan ringan. Namun, niatnya pekerjaan ingin cepat-cepat Elena selesaikan, Riven justru selalu membuntuti dan menggodanya. "Bunda, jangan mengabaikan aku, Bund–"Brak! Suasana seketika hening, ketika Elena memukul meja pantry dengan tangannya. Riven terdiam, begitu pun Jelia yang tengah membawa bahan masak, dan Jay yang baru saja ingin menghampiri Elena. Tatapan Elena tajam menyorot ke arah Riven, membuat empunya menelan saliva dengan susah payah. Riven pun mundur perlahan, diikuti Jay yang memilih tidak jadi menghampiri Elena.

Selesai liburan sekolah, dan membuat Jay merasakan arti keluarga, Riven bergegas mengurus pendaftaran Jay. Di zaman yang canggih ini, pendaftaran bisa dilakukan melalui online, secara virtual. Tahap-tahapnya juga tidak sulit, untuk yang sudah mengerti digitalisasi. Hanya dalam beberapa jam, semua data Jay sudah masuk sebagai anak baru di sekolah tersebut. Riven mendaftarkan Jay ke sekolah swasta milik salah satu temannya, yang peraturannya cukup ketat. Hari ini, Jay sudah mulai masuk untuk kembali belajar umum. Jay kini menduduki bangku sekolah dasar, di kelas empat. Elena dan Riven mengantarkan Jay, sampai ke ruangan kepala sekolah. Anak-anak murid di sini, terlihat jauh lebih terdidik dari sekolah Jay sebelumnya. Karena Jay juga bukan anak yang terlalu taat pada aturan, Riven mewanti-wantinya dengan melaporkan hal itu lebih dulu pada kepala sekolah. Riven meminta, agar Jay diawasi dan dilindungi. Karena Jay juga sempat menjadi korban perundungan, Riven ingin pihak sekolah bis

"Jay bawa apa? Leo bawa bekal dari Papa, Jay mau jajan di kantin, atau bawa bekal juga?"Jay menggeleng mendengar pertanyaan Leo. Ia kemudian mengeluarksn kotak bekal berwarna biru, dengan gambar rumah di tutupnya. Lalu, sekotak kecil susu sapi, dan beberapa potong semangka. Leo yang melihatnya, langsung menganga. Bekalnya hanya berisi sandwich, susu, dan air mineral. "Jay, siapa yang menyiapkan itu?" tanya Leo. "Bunda Jay yang siapkan ini, Leo. Bunda itu, yang mengantarkan Jay ke sini tadi pagi, Jay memanggilnya Bunda," tutur Jay. Leo mengangguk, keduanya kemudian memakan bekal mereka. Sesekali, Leo akan membagi sandwich-nya pada Jay, begitu pun sebaliknya. Beberapa murid menghampiri, jantung Jay sudah berdetak lebih cepat. Rasanya, bagian punggung Jay dingin dan panas di waktu yang bersamaan. Ia hanya menunduk, ketika tiga murid itu mendekat. Jay mempererat genggamannya pada sendok, dan hal itu ditangkap oleh Leo yang mengernyit bingung. Brak! Tubuh Jay tersentak, ketika mej

"Baiklah, Elena. Aku mengizinkanmu, tapi laporkan juga pada Riven, ya? Aku takut, ada kesalahpahaman nanti," ujar Vinzo. Elena baru saja meminta izin pada Vinzo, untuk berjalan ke dalam permukiman bersama Gez. Elena juga menceritakan hal-hal yang ia tangkap dari Gez, dan meminta bantuan Vinzo untuk mengawasinya juga. Vinzo pun menyuruh beberapa anak buahnya membeli makanan dan bahan masak, selagi Elena menunggu dan menyiapkan camilan di tenda untuk anak-anak itu. Kini, Elena berada di dalam tenda, ia mengikat rambutnya secara asal untuk bisa memasak. Ada robot khusus pembuat cookies dan biskuit, yang membuatnya mudah. Namun, kondisi di dalam tenda cukup panas, membuat Elena kurang nyaman. Ponselnya bergetar, menampilkan nama Riven di sana. Elena yakin, Riven sudah menerima laporan dari Gez. "Hallo, Tuan?" sapa Elena. "Elena, tolong hati-hati, ya. Para warga bisa lebih berbahaya dari yang kau kira, aku akan mengirim beberapa anak buahku, untuk mengawasimu juga," ujar Riven. El

Jay hanya mengangguk, membalas gumaman Leo. Elena membawa anak majikannya pulang, dengan perasaan yang bercampur aduk. Jay juga hanya diam di atas pangkuan Elena, yang tengah mengabari Gez untuk datang ke kediamannya. Saat mereka sampai ke rumah, Gez tidak lama datang juga. Ia memeriksa Jay, lalu mengganti seragam Jay dengan pakaian santai. Sedangkan Elena, menyiapkan bubur, potongan buah, air hangat untuk Jay, dan minuman untuk Gez. "Bunda, kepala Jay pusing," keluh Jay pada Elena. Mendengar panggilan Jay itu, Gez langsung mendelik. Tidak ia sangka, Elena sudah sedekat ini dengan Jay. Jay juga terlihat sangat nyaman, saat Elena membantunya melahap potongan buah. Setelah Jay tidur karena obat yang diberikan Gez, Elena dan dokter itu pergi ke ruang tamu. Elena mengambil camklan dan minuman yang sebelumnya sudah disiapkan, untuk dibawa ke ruang tamu. Gez menatapnya sangat dalam, membuat Elena mengernyit bingung. "Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Elena. Gez menggeleng pelan,