“Aku tahu yang satu itu, Jiyya,” timpal Joan dengan suara yang masih sangat ringan. “Meski aku tahu kalau kau tidak betulan membenci aku.”Joan bahkan melirik ke arah Jiyya dengan tatapan yang cukup intens seolah menantangnya untuk menyangkal kebenaran yang hendak pria itu lontarkan. “Malah, aku merasa kau sangat menyukai aku.”Tubuh Jiyya segera dibanjiri oleh rasa panas mendengar celetukan Joan barusan, dan dia tahu kalau lagi-lagi dirinya dibuat merona oleh pria yang sama. “Tidak tuh! Mana ada,” protesnya lemah. “Siapa juga yang mau menyukaimu? Kau itu pengganggu ulung, mesum dan—”“—tampan, perhatian dan penyanyang,” potong Joan menimpali dengan senyum miring menggantung di bibir.Dan seolah langit pun ingin ikut menggoda Jiyya, seberkas kilat membelai langit, menyambar cakrawala dengan cahaya perak yang disusuh oleh dentuman guntur yang bergemuruh di kanvas malam.“Oh tidak!” kata Jiyya tepat sebelum hujan mulai turun tanpa ampun.Mereka berdua refleks berlari mencari tempat bert
Last Updated : 2025-11-08 Read more